Minggu, 04 Juli 2010

Drawing For The School (part2)

by Yulia Rizki R


Saat membuka hasil lomba, betapa kecewanya Keke. ia harus ada di urutan paling bawah. Keke tak mengerti, kenapa harus begitu. perasaan Kekepun berantakan. hancur. ia ingin menangis tapi tak bisa. Keke kecewa dengan kemempuannya sendiri. pak Samad, yang mengerti perasaam Keke, yang begitu kecewa langsung pergi.
"kamu kenapa?" tanya sebuah suara. Keke mengok ke arah timur. seorang gadis seumuran Keke berjalan ke arah Keke. Keke memandang curiga gadis itu. gadis itu tersenyum.
"gambarmu bagus," ujarnya. "hanya sayang tak diwarnai. itu saja." lanjut gadis itu.
"siapa kamu? kenapa kamu begitu sok tahu tentang gambarku? tahu apa kamu?" jawab Keke kesal.
"oh, iya. aku lupa. namaku, Mikka. aku berasal dari kota." ujar Mikka terus tersenyum.
"coba kirim lagi. kali ini harus diwarnai." Keke cemberut kesal. "kalau ada, pasti sudah diwarnai!"
Keke lari ke rumahnya. ia kesal pada gadis yang bernama Mikka. kenapa dia begitu sok tahu? batin Keke kesal. sambil berlari ke arah rumahnya. pak Samad yang pada saat itu sedang ingin membersihkan tanah lapang miliknya, kaget, melihat Keke berlari kesal. saat itu juga, pak Samad melihat seorang gadis yang hilang ditelan Angin di atas bukit.
di rumah Keke yang sangat kecil, Keke membantu ibunya berjualan gorengan di depan rumah. para ibu ibu yang mmebeli heran melihat wajah Keke yang cemberut. ibu Kekepun juga merasa heran.
"Keke, kamu kenapa?" tanya ibu Keke.
"nggak kenapa kenapa." jawab Keke garing. ibu Keke hanya geleng geleng kepala dan kembali masuk ke dalam rumah.
Keke teringat akan hasil lomba. kini, ia tak akan bisa sekolah. ia hanya bisa melihat, tapi tak bisa merasakan. Keke makin kecewa ketika ia tahu bahwa ia berada di posisi paling akhir.
andai Keke orang kaya. mungkin, ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. sekolah dan alat gambar. semua ingin digenggam Keke. menembus langit biru, menembus harapan seluruh dunia. andai terwujud, Keke akan melebarkan seyumnya untuk dunia. berterima kasih kepada Tuhan, yang telah memberikannya sebuah harapan baru.
Keke sadar. ia bukan siapa siapa. ia hanya orang miskin yang tak sempurna. mungkin, Tuhan tak sayang kepada. Tuhan tak memberikan harapan yang baru pada Keke.
ah, tidak! batin Keke. Kartinipun pernah berkata; "Habis gelap, Terbitlah terang". di ujung badai, pasti ada langit biru menunggu. Keke terseyum. Tuhan sudah memberikan harapan baru pada Keke.
Keke masuk ke dalam rumahnya. mengambil sebuah kertas dan pensil. ia memecahkan celengan kesayangnya, yang ia tabung dari umur lima tahun. Keke menghembuskan nafas panjang panjang. harusku pecahkan! pecakan! batin Keke tak tega.
PRANG!
Keke langsung mengambil uangnya tanpa ragu. ia berlari keluar rumah menuju toko yang jauh dari desanya. ia harus ke kota kecil di balik bukit, jika ingin membeli alat warna. Keke menarik nafas panjang.
"IBU, DOA'IN KEKE YA! BIAR BISA MENEMBUS LANGIT BIRU DAN BERSEKOLAH!!!" teriak Keke dari luar rumah, untuk ibunya. ibu Keke kaget. dan keluar rumah. saat keluar, Ibu Keke menatap sedih anak semata wayangnya. entah mengapa.
Keke berlari sambil tersenyum. sembil membawa selembar kertas dan pensil, dan juga uang di kantong celananya. ia melihat pak Samad dan berhenti sejenak.
"PAK SAMAD, MAKASIH YA, UNTUK SELAMA INI! DOA'IN KEKE BIAR BISA MENEMBUS LANGIT DAN BERSEKOLAH!!!" teriak Keke untuk pak Samad. Keke melihat Mikka dan tersyum.
"UNTUK MIKKA, MAKASIH!! MAAF BUAT YANG TADI!!! MAKASIH ATAS DUKUNGANNYA!!" teriak Keke sekencang kencangnya.
pak Samad heran. tak ada siapa siapa disana kecuali pak Samad.
Mikka terseyum, dan berkata Spesial untuk Keke. hanya Keke yang bisa mendengar, walaupun ia berteriak sekeras mungkin.
"LAKUKAN ITU!!! SEJUTA IMPIAN ADA DI DEPANMU!!" teriak Mikka menyemangati.
"makasih, Mikka."
Keke melanjutkan larinya. Menembus Impian yang akan ia raih semangat jiwa yang membara ingin membuat sebuah karya.
bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar