Minggu, 04 Juli 2010

Drawing For The School (Part 4)

by Yulia Rizki R

Keke terus berlari sekencang kencang mungkin. nafasnya mulai habis karena berlari. dadanya mulai sesak. sepeerti dijerat tali. jantungnya berkerja keras dan keras. darahnya serasa mengalir di seluruh tubuhnya. jujur saja, Keke sebenarnya tak kuat lagi berlari.
keringat yang membasahi tubuhnya. tubuh kecil yang sangat halus. kulitnya mulai terbakar oleh terik matahari yang panas. tapi, Keke, tak boleh menyerah di tengah jalan. tinggal melewat jalan raya, setelah itu sampai di bukit.
Keke manarik nafas panjang panjang sambil duduk sejenak. ia menaruh kertas dan pensil, yang ia pegang semula. matahari makin meninggi. semakin panas. serasa ditusuk tusuk pedang yang baru dipanggang di bara api. rasanya Keke mau pingsan.
Keke mulai merasa kelaparan. ia menengok ke kanan dan kirinya. yang ia lihat hanya pohon jambu yang buahnya belum begitu matang. dan juga pohon mangga yang buahnya belum tumbuh. Keke menarik nafas.
ia berjalan dengan kaki yang serasa di tusuk tusuk, menuju pohon jambu. ia mulai mencari cela cela yang bisa ia panjat. ia tak begitu ahli memanjat. namun, ia pernah memanjat satu kali.
Keke sudah sampai atas pohon jambu, dengan nafas yang tersenggal. keringatnya makin bercucuran. walaupun angin sudah berhembus, namun belum membuat Keke merasa puas. ia mengambil salah satu jambu dan memakannya. walaupun hanya untuk mengganjal perut. Keke tahu, pasti di perjalanan ia akan merasa lapar. ia mulai mengambil beberapa jambu yang agak matang untuk perbekalan di perjalanan. ia menrauhnya di kantong sebelah kirinya. setelah itu, ia turun kembali dari pohon.
Keke menahan rasa lelahnya. ia mengambil kertas dan pensil. setelah itu ia berjalan ke arah tebing. melewati tebing adalah jalan terbaik. karena bisa menghemat waktu.
sepuluh menit kemudian, Keke sudah sampai di tebing. dari tebing, samar samar Keke bisa melihat jalan raya. senyum Keke melebar. semangatnya makin berkobar. seperti api yang diberi minyak tanah.
dengan sangat hati hati, Keke melewati tebing yang pangjangnya sekitar 50 meter. tanpa perlatan dan tanpa tambang. hanya dengan tangan kosong dan semangat, ia mencoba menaiki tebing itu. kakinya hanya beralaskan sepsang sendal jepit. Keke tak mau berhenti, hanya karena tebing.walaupun tangan Keke sakit, Keke tak bisa menyerah disini.
"harus bisa! harus bisa!" gumamnya bersemangat.
kakinya mulai mati rasa. tangannya seperti memengang duri duri dari besi. sangat sakit. padahal baru saja sperempat tebing yang mampu ia lewati. mata Keke mulai berkunang kunang.
"HARUS BISA!! HARUS BISA!!! NGGAK BOLEH NYERAH!!! PASTI BISA!!! HARUS BISA!!! BAGAIMANAPUN CARANYA!! PASTI BISA!!!!!" teriak Keke untuk menyemangati dirinya dalam rasa susah.
"HARUS MENEMBUS LANGIT BIRU!! NGGAK BOLEH NYERAH, HANYA KARENA HAL SEPERTI INI!!!" teriak Keke makin kencang.

Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar