Minggu, 04 Juli 2010

Drawing For The School (Part 9)

by Yulia Rizki R


sambil melahap nasi, dengan ayam, dan sebuah tempe goreng di warteg, di tengah kota kecil. Keke merasa teringat, dan sedih jika memakan tempe goreng itu. teringat akan ibunya, yang sudah lama, terkurung dalam kemiskinan. Keke juga sedih, akan hutang hutang, yang belum dibayar orang tua Keke, dari dulu.
kemiskinan, memang sering menjerat warga desa terpencil. seperti halnya kami. rasanya sangat pedih, tapi, bahagia. namun, jika harus mengulang ingatan pedih, tentang hutang hutang yang belum terbayar, rasanya mati.
makanan yang diberikan wanita yang bernama Linda itu, sangat berharga bagi Keke. jarang sekali Keke bisa makan nasi dengan ayam. apalagi, di jaman yang apa apa sulit ini. rasanya senang. walau hanya sebuah makanan.
"namamu siapa?" tanya Linda.
"Keke." jawab Keke polos sambil meminum air tehnya.
"Keke? ibumu, Sutisna?" tanya Linda. Keke mengangguk sambil meneguk minumannya.
"sampaikan salam, dari Bibi Linda, untuk ibumu."
"kenapa, Bibi, bisa tahu tentang ibu?" tanya Keke.
"dulu, waktu kamu baru lahir, aku kenal baik dengan ibumu. tapi, sekarang, kami sudah jarang bertemu." jelas Linda. atau, bibi Linda. "sudah ya. kau sudah sampai di kota." pamit bibi Linda, langsung pergi meninggalkan Keke. sebelumnya, bibi Linda sudah membayar makanan, yang mereka makan.
Keke mengangguk mengerti, dan melanjutkan makannya. walau hari sudah gelap, dan Keke tak tahu, harus tidur dimana, Keke tetap harus melanjutkan perjalanannya untuk mencari toko alat tulis, yang buka.
Adzan menggema, di seluruh kota. Keke melihat Masjid yang kukuh, berdiri di depannya. Keke tersenyum. mungkin saatnya untuk istirahat, dan Curhat, kepada Tuhan.
berikanlah aku kekuatan, untuk mengapai langit biru. berikan aku kesempatan, untuk menggenggam langit biru. beri aku sedikit kenikmatan, untuk menggapai cita citaku. berikan aku kasihmu, agar aku sehat selalu. Tuhan-ku, aku ingin seperti mereka. bersekolah, dan mendapat sahabat. diberikan kesempatan, untuk membahagiakan orang tua. di berikan kenikamatan, untuk bermain seperti anak biasa. tak perlu berjuang keras, mereka hanya perlu membaca buku, yang sudah disediakan. tak perlu memikirkan biaya, mereka sangat senang. tersenyum cerah. aku ingin seperti mereka. bisa bahagia bersama orang tua. bisa pergi kemana mana. berpetualang, seperti angin. Tuhan, kabulkanlah Doa-ku. Amin...

Hari mulai pagi. walau udara masih dingin, dan juga gelap, tapi, sebentar lagi, matahari kan menyinari bumi. Keke, yang tidur di depan Masjid, dibangunkan oleh penjaga Masjid untuk Sholat Subuh.
setelah Sholat, dan ber-Doa kepada Tuhan. Keke menghitung uangya. dan, ia masih bisa melihat kertas yang ia lipat, masih bersih, juga pensilnya. Keke sangaat semangat. sebentar lagi, ya.. sebentar lagi!
Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar