Minggu, 04 Juli 2010

Buku...Buku...Buku Lagi

by Annisa Rizki Primandini

“Aku pulang!” seru Kak Rendy, kakak sepupuku. Dia baru pulang dari luar kota. Setiap pulang dari luar kota, dia pasti membawa sebuah buku. Entah itu buku cerita, buku pelajaran, buku sejarah, dan lain-lain. Aku belum membacanya satupun.
“Oh, Rendy. Bagaimana study tour-nya?” mama menyambut Kak Rendy lalu bertanya.
“Yah, lumayan, sih. Lumayan banyak yang masuk ke otak” jawab Kak Rendy. “Oh, iya, Clarry di mana?” tanya Kak Rendy.
“Pasti di kamarnya. Mungkin lagi main game, nonton video, atau dengerin musik” jawab mama. Lalu, Kak Rendy ke kamarku, di mengetuk-ngetuk pintu kamarku.
Aku membuka pintu. “Kenapa?” tanyaku. Padahal, aku tahu jawabannya, pasti dia bilang “nih, buku buat kamu”.
“Nih, buku buat kamu” jawab Kak Rendy. Tuh, kan, betul, pasti itu, itu, dan itu jawabannya. Huh, bosen!
“Yaudah, makasih. Lain kali jangan itu oleh-olehnya. Tuh, liat, buku yang kakak kasih udah seabrek-abrek begitu” kataku.
“Yaudah, kakak usahain, deh” balas Kak Rendy. Ih, dasar kutu buku!
---------------------------
Di kelas, “Ra, nih, aku bawa buku baru, mau baca nggak?” tanyaku kepada Tara, anak yang sangat suka buku.
“Boleh juga, tuh. Dari kakakmu lagi, ya?” Tara balik bertanya.
“Ya, jelaslah” jawabku.
“Waw, bukunya bagus banget” puji Tara.
“Hah? Kamu udah selasai bacanya!?” aku kaget.
“Bukan, Clarry. Kalo mau tau mana buku yang bagus, dibaca trailer-nya lah” kata Tara.
“Oh…” balasku. Padahal, aku nggak ngerti arti trailer itu apa.
“Aku pinjam, ya? Besok aku kembaliin, kok” izin Tara.
“Buat kamu aja” kataku.
“Nggak, ah. Soalnya isi bukunya bagus, coba kamu baca, baru kamu bisa kasih aku” balas Tara.
“Ugh, terserahlah” kataku lagi.
---------------------------
Hari ini hari yang sangat sangat sangat melelahkan. Mulai ekskul berenang, bola basket, menari, bimbel, melukis, alat musik, dan seabrek kegiatan yang lainnya. Mama! Papa! Aku juga manusia!
Langsung aku pergi ke kamar untuk tidur. Aku nggak nyangka, aku beraktivitas lebih lama daripada istirahat.
Aktivitas : 300 menit (sekolah) + 30 menit (berenang) + 45 menit (ekskul) + 60 menit (menari) + 60 menit (bimbel) + 65 menit (melukis) + 30 menit (ekskul alat musik) = 590 menit = 9 jam 40 menit. Sedangkan istirahat hanya 9 jam.
Aku melompat ke arah tempat tidurku hingga menimbulkan suara. Aku langsung terlelap.
###
Esoknya, di kelas, “Clare, ini bukuya” Tara mengembalikan bukuku. Clare sebetulnya nama panggilanku, tapi, teman-teman sering memanggilku dengan sebutan “Clarry”.
Sejarah, pelajaran yang sangat kubenci. Jika aku presiden di Negara ini, aku akan bilang “Murid-murid tidak perlu belajar tentang sejarah” dengan lantang dan tak ada yang bisa melawanku.
“Clarry, jangan ngobrol! Perhatikan saya!” guru sejarah menyebalkan berteriak kepadaku.
“Emang dia artis apa? Ngapain diliatin? Yang ada mata bisa kering” bisikku ke Tara.
“Ih, kamu, aku bilangin, lho” ledek Tara.
“Bilang aja sana, nggak masalah” kataku tanpa beban. Tara tidak jadi mengadu setelah aku bilang begitu.
###
Gyaaa! Nilai ulangan-ulangan harianku jelek banget! Paling tinggi hanya 85, paling jelek 55. Uwaaa! Apa yang terjadi?
“Clarry, kenapa nilai ulangan harianmu jelek?” tanya mama.
“Aku nggak tau. Aku udah coba jawab jawaban yang paling benar, tapi, tetep aja salah” jawabku.
“Makanya, buku-buku dari Rendy kamu baca. Semuanya Best Seller. Terus, banyak pelajaran sejarah. Jangan cuma cerita sama dongeng aja yang kamu baca” kata mama.
“Satupun buku belom aku baca. Aku nggak bisa belajar secara tertulis. Aku bisanya mempraktekinnya, ma. Udah pula, di sekolah prakteknya 3-4 minggu sekali. Gimana mau belajar?” balasku.
“Cobalah belajar secara lisan sama tertulis” kata mama.
“Ya, ya, ya” kataku.
“Kamu udah di-les-kan berbagai macam, masa nggak bisa?” tanya mama. “Yaudah kamu tidur aja” kata mama lagi.
“Kak Rendy mana, ma? Kok, nggak keliatan?” tanyaku.
“Dia pergi ke luar kota lagi. Balik minggu depan” jawab mama.
“Berangkat kapan?” tanyaku.
“Kemarin, sekitar jam 10.30” jawab mama.
Di kamar. Rasanya tidak ada cara meningkatkan nilai selain baca buku dari Kak Rendy. Sudahlah, baca saja. Aku mengambil buku yang pertama, berjudul “Sejarah-sejarah dari Berbagai Dunia”, aku hanya membaca kesimpulannya saja. Yang kedua berjudul “Siapa Bilang Matematika itu sulit? Ayo, Cari Tahu Cara Memecahkan Teka-teki dari Matematika” aku juga membaca kesimpulaannya saja. Hoahm, ngantuk banget. Ah, masih jam tujuh masa mau tidur?
Buku ketiga “Ilmu Pengetahuan Alam Lengkap (untuk semua umur), semuanya kesimpulan. Buku keempat berjudul “Learn English for Beginner”, waw sangat mudah dipahami.
Buku seterusnya berisi tentang pelajaran. Dan terakhir untuk refresh, novel berjudul “Tiara dan Lima Orang Pedagang” isinya tentang sebuah tiara yang diperebutkan lima pedagang. Kelima pedagang itu mengaku tiara itu miliknya. Semuanya mempunyai bukti yang berbeda tapi masuk akal. Ada sisipan cerpen-cerpen. Aku paling suka cerpennya yang berjudul “Kenapa Harus Padaku?”, yang menceritakan seorang gadis yang selalu sial jika melakukan apapun. Ceritanya sedih.
---------------------------
Esoknya, nilai ulangan harianku meningkat. Dari 85 menjadi 100, 55 menjadi 85, 70 menjadi 95, dan semuanya meningkat.
“Weshhh, abis makan apa, nih?” ledek Tara.
“Roti panggang, kayak biasa” jawabku.
“Kemarin kamu baca buku dari Kak Rendy, ya?” tanya Tara.
“Iya” jawabku. Sebetulnya aku agak malu ngomong gitu, soalnya aku, tuh, haters-nya buku.
“Tuh, kan, aku bilang juga apa. Buku-bukunya, tuh, bagus. Kamu nggak percaya” kata Tara.
Setelah sekolah, aku, dan Tara pergi ke bazar buku. Aku sibuk mencari buku sejarah, buku IPA, dan matematika, sedangkan Tara sibuk mencari buku musik, buku bahasa Jawa, dan novel.
Akhirnya, aku menghabiskan uang Rp12.000,00, dan Tara 13.000 (sebetulnya, aku sudah berusaha habis-habisan menawar. Tadinya buku matematika harganya Rp7.000,00. setelah di tawar menjadi Rp4.000,00.)
Di kamarn, aku membandingkan isi buku yang baru kubeli sendiri dengan buku pemberian Kak Rendy.
Sedangkan Tara, dia sibuk memainkan berbagai musik dari buku musik yang di belinya tadi. Dia memainkan gitar, organ, dan suling.
Sepertinya aku mulai menyukai buku. Tapi, aku nggak mau jadi kutu buku. Nanti aku nempel terus sama buku kayak Tara.
Di ruang tv, “Mama ikut nonton, donk” kata mama.
“Ih, mama ini, kan, acara anak-anak” larangku.
“Nggak apa-apa, donk” kata mama. “Nanti kak Rendy pulang” sambung mama.
“Lho, bukannya 3 hari lagi?” tanyaku.
“Karena tugasnya sudah selesai total, Kak Rendy dan kelompoknya boleh balik” jawab mama.
“Aku balik!” seru Kak Rendy.
“Ah, kak, makasih, ya buku-bukunya. Keren semua. Sekarang bawa buku apa?” kataku.
“Ummm, waktu itu kamu bilang minta barang yang lain selain buku. Jadi, kakak bawain boneka teddy bear” balas kakak. Aku teringat perkataanku. Waktu itu aku masih benci buku.
“Oh, iya. Tapi, sekarang aku udah suka buku. Aku lupa nelpon kakak, soalnya aku tau setiap kakak pulang pasti bawa buku baru” kataku.
“Yaudah, kapan-kapan, ya?” tawar Kak Rendy.
“OK!” kataku keras.
Lalu, aku ke kamar untuk tidur. Mumpung libur, hehe.
---------------------------
Kembali ke sekolah hari ini. Di kelas, “Clare, Kak Rendy, tuh, menurut kamu baik nggak?” tanya Tara.
“Umm, baik, kok. Dia tetap kasih aku buku-buku walau aku benci buku dulu” jawabku.
“Kamu harusnya, tuh, bangga” kata Tara.
“Aku memang bangga dari dulu” balasku.
---------------------------
Akhirnya, aku, Tara, dan Kak Rendy menjadi sering jalan mencari buku-buku. Kak Rendy memberitahuku mana buku yang bagus dan tidak. Kamarku menjdi penuh buku. Walaupun penuh buku, kamarku rapi dan bersih.
Mama memberikan rak buku baru. Semua buku kutaruh di situ, kecuali buku sekolah. Rak bukunya cukup besar. Ya, sekitar 1, 75 meter-an lah panjangnya, lebarnya sekitar 1, 5 meter-an. Baru terpakai sekitar 60%-an.
Waw, I love books! ♥ ♥ ♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar