Minggu, 04 Juli 2010

Drawing For The School (Part 6)

by Yulia Rizki R

dalam situasi yang terjepit, Keke harus manahan rasa sakit di kakinya. bukan hanya itu saja, mata Keke mulai berkunang kunang. Keke hampir tidak bisa melihat apa apa. Keke rasanya ingin mati dan mengakhiri ini semua.
"jangan menyerah!" terdengar suara Mikka memberi semangat. "jangan seperti diriku yang tak bisa mengapai impian! aku adalah pecundang! berhenti di tengah jalan! jangan menyerah!! aku nggak mau, kamu sperti diriku. kumohon, Keke, jangan sampai disini saja!" mohon Mikka yang tak menampakan dirinya.
"tapi, aku sudah nggak kuat," jawab Keke berlinang air mata.
"kalau kamu menyerah, bagaimana impianmu? bagaimana dengan kebaikan pak Samad yang terus mendukungmu? bagaimana dengan orang tuamu, yang sedang khawatir mencarimu?? lalu, bagaimana caranya agar kamu bisa sekolah?? itu impianmu kan?!"
Keke diam. ia berfikir sekali lagi.
impianku hanya satu yaitu sekolah. sekolah yang paling penting! tak ada yang lain. aku juga ingin mengubah nasibku. tapi, aku nggak bisa kalau caranya begini! batin Keke tak kuat.
"jangan menyerah! fisikmu boleh terluka, tapi, semangatmu tak akan terluka! kau yang berkata, 'aku akan menembus langit!', lalu kenapa kau sendiri, yang menyerah?"
Keke menetup matanya. apakah aku harus menyerah? apakah, aku harus pasrah saja?? aku bingung. btain Keke.
"apakah Tuhan sayang padaku?? apakah semua orang memperdulikkanku??" tanya Keke pada Mikka.
"Tuhan amat sayang padamu. jika tuhan tak sayang padamu, maka Tuhan tak akan memberikan cobaan berat ini. Tuhan akan terus mendukungmu. di dalam hatimu. tapi, jika kau tak melakkukan sesuatu, jika kau menyerah, maka Tuhan tak akan sayang lagi, padamu."
"tapi, apakah ini cobaan yang pantas untukku?? aku.. aku.." Keke berhenti bicara. ia sudah kehabisan kata kata.
tebing yang pegang Keke sangat kuat. bahkan, sampai saat ini, tebing itu belum retak juga. walaupun agak tajam. tapi, tak terasa tajam. terasa halus dikulit. rasanya seperti memegang kapas yang sangaaat kuat.
bukan hanya itu saja, padahal angin berhembus agak kuat. tapi Keke belum terjatuh juga. padahal, kalau orang yang sudah sering memajat tebing, rasanya sangaat aneh. apalagi, Keke hanya mengunankan tangan kanannya. tangan kirinya, mengcengkram kuat, kertas dan pensilnya.
"coba kau lihat keadaanmu, itulah keajaiban Tuhan. jika Tuhan tak sayang padamu, maka, tak akan ada keajaiban itu.." Mikka terus menjepit Keke agar terus berusaha.
"benar.." jawab Keke. "Tuhan sayang padaku. semua juga sayang padaku.." Keke tersadar sekarang. rasanya sangaaat tenang, dan aneh. sangat lembut tapi, seperti angin.
"aku akan terus berusaha!!" tekad Keke.
ia mulai menggoyang goyangkan kakinya. walaupun kedua kakinya terluka karena tergores oleh batuan tebing, tapi, tak terasa sakit. kaki Keke yang lincah, mencari cela untuk pijakan. walaupun agak susah. Keke takmu berhenti.
kertas dan pensilnya, ia masukkan ke dalam saku belakang. celana pendek, kesayangan Keke, memang banyak sekali kantong. apapun bisa dimasukan kedalam kantong celana kesayangan Keke.
tangan kecilnya, mulai memegang tebing tebing. dengan sangat lincah. tak sampai lima menit, Keke sudah sampai di atas tebing, dan melanjutkan larinya. dalam hati ia berkata, "terima kasih semua.."
Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar