Minggu, 04 Juli 2010

Tidak Mengharapkan Hadiah

by Prima Nikita

Minggu depan di sekolah SD Nusantara akan mengadakan sebuah acara yaitu Pentas Seni. Semua anak yang bersekolah disana sangat senang karna adanya acara itu, kecuali Didi. Didi anak kelas 5 SD ini menganggap acara itu sebuah acara yg tidak penting. Dia lebih baik santai santai dirumah dari pada ikut acara itu. Sepulang sekolah tadi, Didi langsung masuk saja kerumah tanpa mengucapkan salam. Dia menaruh sepatunya di rak dan langsung menuju kamarnya. Dikamarnya ditaruhnya tasnya dimeja belajarnya lalu ia mengganti baju sekolahnya dengan baju biasa. Ibunya sedang menyiapkan makan siang di dapur. Setelah selesai menyiapkan makan siang, ibunya memangggil Didi.
" Didi, Didi...., makanannya sudah siap!" panggil Ibu pada Didi
" Iya, Bu sebentar!" jawab Didi
" Ayo, cepat keburu makanannya habis dilahap semua sama Kak Zuzu!" kata Ibu meledek
"Ah, Ibu ah! Mana mungkin aku bisa mengahabiskan makanan ini!" kata kakaknya Didi yg bernama Zuzu
" Hahaha.... Ibu cuma meledek! He he he...." kata Ibu sambil tertawa kecil
Tak beberapa kemudian Didi datang....
" Menu makan siang kali ini apa bu?" kata Didi
" Cuma sederhana! Nasi, Ayam goreng, dan sayurnya........." jawab Ibu menjelaskan kepada Didi
" STOP! Sayur tidak usah disebut bu" kata Didi yg tak suka makan sayur
" Baik!" jawab Ibu
Sementara kakak Didi sudah makan dengan enaknya.
" Didi, Ibu dengar disekolahmu akan mengadakan acara ya? acara apa itu?" tanya Ibu
" Ya.... tidak penting! Hanya acara acara perlombaan dapat hadiah dan ya sudah!" jawabnya dengan tidak perduli
" Lho, kok kamu gitu jawabnya Didi?" tanya Ibu heran melihat tingkah laku anaknya
" Memang benar kok, Bu acara itu tidak penting!" jawabnya dengan santai
" Emangnya, kamu nga ikut apa apa? lomba apa gitu?" kata kakaknya
" Males, ngapain ikut! Masi mending kalau hadiahnya bagus, ini sudah murah cepat rusak pula itu" katanya dengan tidak sopan
" Hm.... kok kamu begitu! Masi mending kamu dikasih hadiah kalau nga? mau apa kamu?" kata kakaknya sebel dengan kata2 Didi
" Nga mau apa apa! Emang ada urusan sama kamu? Aku mau ikut lomba apa nga?" jawabnya dengan kasar kepada kakaknya
" Sudah, sudah! Janagan bertengkar! Tidak baik!" kata Ibunya melerai pertengkaran mereka
" Didi duluan sih bu! Jawabnya kasar sekali! Tidak sopan!" kata kakaknya
" Kamu tuh! Suka suka aku dong aku mau ikut lomba apa nga?" kata Didi yg menyalahkan kakaknya
" Sudah cukup!" kata Ibu yg merelai lagi
" Bu, aku sudah selesai makannya! Aku kekamar dulu ya!" kata kakak
" Iya, tp jangan lupa cuci piringmu dulu!" kata Ibu
" Baik, bu!" jawab kakak
Sementara Didi masih melanjutkan makannya.
" Didi kenapa kamu tadi begitu kasar menjawab kepada kakakmu?" kata Ibu
" Hm.... dia duluan sih tanyanya kasar!" jawab Didi
" Ibu tidak mendengar kata2 kasar dari pertanyaan kak Zuzu!" kata ibu lagi
"Terserah Ibu deh!" jawabnya
" Kamu yg jawabnya kasar! Ditanya baik baik kamu jawabnya kasar! Emang kenapa sih dengan acara disekolahmu itu, spertinya kamu tidak perduli?" kata Ibu
" Kan sudah aku katakan Bu,,,,,,,,, acara itu tidak penting!" jawabnya
" Apa kamu tidak ikut lomba sperti yg ditanyakan kakak tadi?"
" Hm........ Tidak bu!"
" Kenapa kamu tidak mau ikut?"
" Males, ah bu! Lagian pun, ikut lomba sama saja! Tidak ada gunanya juga!"
" Lho, lho, lho? Kok sama saja dan tidak ada gunanya?"
" Ya, iyalah bu! Bayangkan saja ya, kita ikut lomba capek capek tp kecapean kita itu tak sebanding dengan hadiah yg kita dapatkan! Iya, kalau menang! Kalau kalah?"
" Ya, ampun Didi! Jd kamu mempersalahkan hadiahnya? Jd kamu mengharapkan hadiah atau imbalan jika kamu sudah melakukan sesuatu? Didi dengar Ibu ya nak! Jika kita ingin menolong orang dengan baik janganlah mengharapkan imbalan dari orang itu dan jika kita memang ingin mendapat hadiah dari hasil jerih payah kita jangan lihat dari hadiahnya tp lihat dari keiklhasannya memberi hadiah!" kata Ibu menasihati Didi
" Jadi begitu ya Bu? kalau kita mau menolong orang janagn menharapkan imbalan dan jika kita mau mendapatkan hadiah jangan lihat hadiahnya tp lihat keiklasannya memberi hadiah!" kata Didi mengerti
" Iya, Didi! Sekarang Didi sudah tau kan?"
" Iya, bu! Ternyata selama ini Didi sudah salah paham! Didi pikir hadiah itu harus sebanding dengan jerih payah kita! Ternyata tidak! Maafkan Didi bu" kata Didi yang merasa bersalah
" Iya, Ibu sudah memaafkan Didi! Dan mulai sekarang Didi harus berjanji Tidak mengharapkan hadiah lagi ya? Walaupun Didi sudah membantu orang ataupun menang lomba! Oke?"
" Baik, Bu! Didi berjanji Didi TIDAK MENGARAPKAN HADIAH LAGI mulai sekarang! Walaupun Didi sudah membantu orang ataupun menang lomba! Didi berjanji!" katanya dengan janjinya yg tidak mau mengharapkan hadiah lagi
" Bagus, anak Ibu pinter! Ayo cepat selesaikan makan siangnya!"
" Baik, Bu!"
Nah, teman teman dari cerita ini kita dapat menyimpulkan bahwa kita TIDAK BOLEH MENGHARAPKAN HADIAH walaupun kita sudah membantu orang atau menang lomba. Pasti salah satu dari temen temen juga pernah begini kan? Disuruh Ibu ke warung pasti harus ada imbalannya? yaitu uang jajan? he he.... ya sudah nga apa! Yang penting jangan diulangi lagi ya! Sekian dulu cerita dariku....

Drew For The School (Part 14)END

by Yulia Rizki R


Keke dan Ranum, menunggu agak lama. bersama orang orang penduduk sekitar, menunggu Presiden keluar. sudah hampir 30 menit, Presiden, belum juga keluar.matahari, sudah di ufuk barat. angin sepoy sepoy, berhembus, disekitar Keke.
saat itu juga, pak Lurah keluar bersama seseorang yang ditunggu tunggu Keke. pak Presiden. Keke menggemgam erat. gambarnya, yang berada dalam kantong palstik. jantung Keke berdebar sangat kuat. rasanya seperti mau mati.
Presiden bersalaman dengan pak Lurah. setelah itu, ia masuk ke dalam mobilnya. orang orang yang serempak, langsung menuju mobil pak Presiden. begitu pula Keke. banyak orang, yang ingin ketemu langsung dengan Presiden. semua orang langsung menggerogoti mobil pak Presiden, sekaligus dihalang oleh S.P, dan juga beberapa polisi. terlihat juga,beberapa motor dan mobil polisi, berjalan lebih dulu. mobil Presiden, tepat berada di tengah.
melihat mobil Presiden melaju Keke langsung ebrtekad mengejarnya. ia sudah siap dengan ancang ancangnya. dan berlari.
"aku mau ke tempat parkir, nanti aku nyusul. kamu, duluan!" teriak Ranum, langsung lari ke arah sebaliknya. Keke mendengarnya, dan mengacungkan 'Jempol', yang bertanda, "SETUJU".
"Keke, jangan menyerah!" suara Mikka, terdengar jelas sekali di telinga Keke. "aku, berdoa sepenuhnya! untuk keberhasilanmu! tenang saja!" lanjut Mikka. membuat Keke 100% semangat.
Keke terus mengejar mobil pak Presiden. berharap, untuk bisa menggenggam langit biru. ia sudah bertekad. apapun yang terjadi. Keke menerobos barisan orang orang yang berada dipinggir jalan. mereka, ingin melihat, Sang Pemimpin Negara. orang orang terus berkumpul, disepanjang jalan, yang mana Presiden lewati. Keke teru menerobos orang orang itu. terkadang juga melompat. untuk memastikan, bahwa ia masih berada dalam jangkauan mobil Presiden.
hingga akhirnya, barisan orang orang, sudah berakhir. mereka memasuki jalan aspal yang mulus. Keke terus berlari. para polisi, yang menaiki motor atau mobil, melihat seorang gadis cilik, dari kaca spion, terus mengejar mereka. tapi, mereka tak menghiraukannya. Keke hampir tertinggal dari jangkauan Presiden. ia berusaha lari sebisa mungkin.
seorang Pria, gagah dan berwibawa, memakai jas hitam, kemaja putih bergaris hitam yang tak tampak, dengan dasi merah, juga melihat seorang gadis dari kaca Spion. terus berlari, mengerjar, mobil yang ia tempati. rasa heran-pun, muncul dibenaknya. ada apa dengan anak ini? Ia-pun, menganggat tangannya. bertanda, berhenti-kan mobil. saat itu pula, sang sopir, langsung menghentikan mobil. begitu pula barisan mobil yang lari.
Keke mengembangkan senyumnya. ia berlari, pada sebuah mobil mewah berwarna hitam legat. sedikit demi sedikit. kaca terbuka. walau hanya seperempat dari keseluruhan.
Keke langsung memberikan sebuah gambar, yang ia buat, dari kaca yang terbuka.
"siapa, namamu?" tanya-nya, begitu gagah, dan terhormat.
"Keke. impianku bersokolah. saya tidak bisa sekolah, karena saya anak miskin. saya ingin tahu, bijaksanakah, Anda? kalau Anda bijaksana, bisakah Anda menyekolahkan kami? kami yang tidak bisa sekolah?" ucapan it keluar begitu saja. Keke tidak merencanakan itu semua. yang ia ingat dari kata kata tersebuta, yang ia ucapkan dengan sadar hanyalah, 'Keke'.
Pria itu, Pria yang disebut sebagai Kepala Negara tersenyum tipis. ia mengangguk pelan. sambil sedikit ingin, tertawa. Keke mengembangkan senyumnya, lebih lebar dari biasanya. akhirnya, Keke bisa menggenggam langit!
mata Keke mulai berkunang kunang, tapi, senyum Keke belum memudar. Keke-pun hilang kesadaran, karena kurang tidur, sekaligus sangat senang...
***
saat Keke bangun, ia sudah ada dalam kamarnya, orang tuanya, terharu melihat perjuangan anak satu satunya. ibunya menangis haru. sedangkan ayahnya, tersenyum bangga di depan Keke.
Keke mengenakan seragam barunya. wangi, itulah yang dicium Keke. inilah tanda kemenangan. dengan akhir, yang membahagiakan.
Keke langsung beranjak dari kamarnya. melihat Ranum beserta beberapa temannya, yang senasib dengan Keke, memakai seragam baru, dan wangi. Keke tersenyum pada mereka.
"ayo, jalan!" ajak mereka.
Keke tersenyum. merekapun pergi dari rumah Keke. diperjalanan, mereka asyik berbincang tentang perjuangan Keke, untuk menggapai cita citanya. rasanya, Keke sangat senang. saat melewati kebun pak Samad, Keke melambaikan tangannya.
"pak! selamat pagi, dilembar yang baru!!" sapa Keke bersemangat. pak Samad membalasnya dengan senyuman ramah, sambil melambaikan tangannya.
mereka-pun melanjutkan perjalanan. saat sampai di sekolah, Keke langsung memulai pelajaran, dengan berbunyinya dentang bel, yang menggema, disekitar sekolah.
beberapa dari teman sekelas Keke tertidur. rasanya juga. Keke seperti ingin tidur. angin masuk melewati jendela, yang tanpa kaca itu, mungkin itu penyebabnya. saat itu pula, Keke tertidur sambil tersenyum. rasanya seperti ingin mati.perlahan lahan, Keke pergi meninggalkan dunia yang Fana ini..
(END)
(gambar yang dbuat Keke, adalah gambar, dimana ia dan teman temannya, yang senasib dengan Keke, bisa memakai seragam sekolah. sambil bergandengan tangan. dan latar belakangnnya adalah, sekolah yang baru.)

Pesan dari Pengarang: huaaaaa... akhirnya, tamat juga... akhir yang menyedihkan. Keke harus pergi meninggalkan dunia ini. rasanyaaa.. ingin banget menangis....
terharu, oleh karya sendiri. aku ada pertanyaan. kira kira, apasih, makna yang terkandung dalam cerita Drew For the School?? yang bisa jawab, pasti hebat!

Drew For The School (part 13)

by Yulia Rizki R

mobil terus melaju. Keke sudah betekad, ia akan bertemu presiden. sekarang, Presiden, ada di kota besar, di balik gunung. menumpang, dengan kendaraan milik, Ranum. Keke selalu memandang langit.
apa yang akan di tanyakan oleh Presiden, nanti? apa yang akan Keek ucapkan pertama kali? apa yang akan Keke lakukkan, jika bertemu pak Presiden? dan masih banyak pertanyaan yang lainnya.
ia terus menggenggam erat, gambar yang sudah ia selesaikan. Ranum, yang dari tadi, sibuk mencari ide, bagaimana caranya, agar Keke bisa bertemu Presiden, tak kalah pentingnya.
tinggal 4 jam lagi. ya, empat jam lagi, Keke akan bertemu Presiden, di kota besar, di balik gunung. rasanya, berdebar debar. bertemu dengan, orang nomor 1 se-Indonesia. apalagi, ini pertama kalinya, untuk orang desa. tapi, pertanyaan selanjutnya adalah, "apakah pek Presiden, akan berebaik hati, melihat gambar Keke, dan menyekolahkan Keke? dan, apakah Presiden, sebijaksana itu?" mungkin, Presiden, tak akan bisa mengerti perrasaan orang orang kecil. ataukah, sebaliknya?
Keke menghapus, semua rasa itu. rasanya mengerikan, jika harus membayangkan seperti itu. rasanya seperti, Keke itu adalah, Orang Kotor dan Paling Miskin, se-Indonesia.
sang sopir, terus mengendalikan Stir. sambil berkonsentrasi, dengan apa yang ada didepannya. jam sudah menunjukkan, jam 11, pagi, menjelang siang. matahari makin meninggi, dan memanas.
"menurutmu, apakah, pak Presiden, akan berbaik hati, melihat gambarku?" tanya Keke, yang, mencoba mencari topik, agar perjalanan ini, tak sepi.
"menurutku 'ya'. dan pastinya, kau akan sekolah!" jawab Ranum, yang sepertinya sangat mantap.
"kuharap, juga begitu.." jawab Keke. mengakhiri perbicaraan.
waktu terus berlalu, hingga akhirnya, Keke sudah menginjakkan kainya, si kota Besar di bail gunung. matahari sudah ada di barat. hampir tenggelam. sebenarnya tidak, tapi, langit, masih cerah.
saat melawati pasar, terlihat, segerombolan orang, mengelilingi, sebuah toko. Keke penasaran, tapi, Ranum, justru, mengalihkan pandangan Keke ke arah sebuah Restorauran, yang ada di pinggir pasar. mau tak mau, Keke harus makan. untuk tenaganya.
selesai makan, banyak orang yang bicara tentang datangnya pak Presiden tadi. Keke sedikit menuping bersama Ranum. dan mendapatkan sedikit informasi, bahwa, pak Presiden, 30 menit lagi, akan pergi. dan saat ini, Presiden, sedang ada di kantor Lurah.
langsung saja, Keke dan Ranum, pergi ke kantor Lurah, yang agak jauh, dari tempat Keke dan Ranum berada.
terus berlari. sepertinya, langit biru, benar benar akan digenggam Keke. sebentar lagi, Keke akan mengenakan seragam merah putih. Keke berlari sekencang mungkin. hingga Ranum ia balap. tetapi, saat berada di kantor Lurah, berbagai Pengawal, sudah berjaga, di depan pagar. Keke dan Ranum berpandangan. bagaimana bisa ia bertemu Presiden??
Bersambung...
(NB: Cheapter selanjutnya, adalah Ending dari kisah Drew Fot the School, mohon dibaca dan diberi komentar...(maph, bila ada salah kata))

Drawing for The School ( part 12)

by Yulia Rizki R

(NB: maaf sbelumnnya ada kesalahan kata, skali lg, maaaaaff...)
Keke, sedang bersanti di atas bukit, di belakang pasar. rasanya aneh. bisa bersantai di bukit ini. bisa melihat desa tempat tinggal Keke, bisa melihat sekolah yang berada di desa Keke, dan yang paling istimewa, dan yang paling membuatnya bahagia, bukit milik pak Samad. mungkin, pak Samad tidak bisa melihat Keke disini. Keke juga hanya bisa emlihat pak Samad, sangat samar samar. seperti di tutupi kabut tebal, saat kita melihat gunung.
Ranum, yang berada di samping Keke, menawarkan Keke sabuah roti, untuk sarapan. Keke tersenyum malu, sambil melahap roti itu. angin sejuk yang menerpa mereka, sangatlah nyaman. begituuu nyaman. seperti kasur kasur sang Raja. bahkan lebih.
"ngomong ngomong, bagaimana caranya, kau kenal Mikka?" tanya Ranum, yang telah lebih dulu menghabiskan rotinya.
"aku bertemunya, di bukit milik pak Samad." jawab Keke sambil menelan rotinya, yang berada di tenggorokan.
"aku... aku, bersahabat dengan Keke." ucap Ranum, yang sepertinya masih ragu ragu untuk bercerita.
"jika kau tidak ingin cerita, lebih baik tidak,"
"bukan. bukan seperti itu. tapi, mengingat masa masa bermain dengan Mikka dan Bertha, sungguh pedih."
"Bertha? Bertha pernah bertemu Mikka. waktu itu, aku sedang berada di pinggir sungai." jelas Keke, yang sudah menghabiskan rotinya.
"sungai itu, bukti bisu, saat pertama kali, Bertha bertemu Mikka. tepatnya, 4 tahun yang lalu. saat itu, Bertha sedang menangis, setelah ditinggal ibunya. waktu itu, Mikka baru datang dari kota. Mikka menghibur Bertha. setelah itu, Bertha mengenalkan Mikka padaku. pertamanya, aku kurang yakin. ia lebih tua satu tahun, di banding kami. dan juga, Mikka dari kota. dan akhirnya, aku percaya, setelah, Mikka mengajakku main. ia seperti kakak. kakak, yang turun, dari langit. ia baik, cantik, anggun, dan menawan. ia juga sangat pintar..., tapi" kata kata Ranum terputus disitu. Ranum mulai menitikkan air matanya. Ranum tak kuat dengan apa yang harus ia katakan, selanjutnya.
"tapi, Tragedi itu terjadi. saat kami bermain, di bukit pak Samad, sama seperti-mu. kami bertengkar hebat. entah apa yang ada dalam pikiran kami. Bertha yang marah besar, aku yang menangis karena tak kuat, dan Mikka yang tertunduk bersalah. berkali kali, Mikka berkata ' tolong, maafkan aku, tolong!' tapi, kami. tak bisa memaafkannya karena masalah sepele. dan aku berkata dengan kasar, 'lebih baik mati saja!!', saat itu pula, Bertha mendorong Mikka. hingga jatuh Ke jalan. tapi, dijalan itulah, Mikka harus meninggalkan kami. ia tertabrak mobil yang sedang melintas, jalan Desa." Ranum menangis. ia tak bisa melanjutkan ceritanya. Keke mengerti. mungkin, sangat berat bagi Ranum. ditinggalkan, oleh sahabatnya sendiri.
"padahal, padahal hanya bunga, bunga persahabatan, dan tidak sengaja, Mikka mendudukinya, padahal.. jika aku tak berkata seperti itu.. mungkin...." Ranum tak bisa menghentikan tangisnya.
"menembus langit biru," ucap Keke tiba tiba. "itulah harapanku. impianku adalah, bersekolah. seperti layaknya kalian. mendapat sahabat, bermain bersama. aku ingin itu." Keke menggangkat tangannya tinggi tinggi. lalu, mengepalkan tangannya. yang bertanda semangat. Ranum melihat Keke. di mata Ranum, Keke seperti Mikka yang ke-dua. "ayo, menggambar!" ajak Keke sambil tersenyum, memberikan semangat, pada temannya."setelah itu, kita bertemu Presiden!" tekad Keke bulat. seperti bulan. Ranum tertegun kaget. pertama kali ia, bertemu orang seperti Keke. tapi setelah itu, ia tersenyum.
Bersambung...

Drawing For The School (Part 11)

by Yulia Rizki R

Ranum membawa Keke entah kemana. dalam hati Keke, terdapat ketakutan. ia takut, Ranum akan dihajar, oleh Ranum. tapi, Ranum, terus berlari, sambil mencengkram tangan Keke kuat kuat.
Keke sudah berada di belakang pasar sekarang. tapi, Ranum, terus berlari. makin lama, jalan makin menanjak. semakin menanjak. seperti gunung. jalan-pun, menjadi sangat berbeda semakin ke atas. makin ke atas, makin berumput.
kerna tak mengerti, Keke hanya mengikuti arah Ranum. entah mau di bawa kemana. cahaya matahari makin meninggi. makin silau dan terang. hingga akhirnya, Ranum dan Keke berhenti di suatu tempat.
"bukit...," ucap Ranum.
"apa?" tanya Keke kurang mengerti.
"kau harus lihat. jika kau ingin menggambar!" Keke melihat ke arah depan.
matanya terbuka lebar melihat apa yang ada di depannya. Keke mulai berjalan ke arah depan. ini pertama kalinya ia bertemu hal yang seperti ini.
Bukit seperti halnya milik pak Samad.
bukit yang mirip seperti itu. mirip sekali. dan.. ada sebuah kejutan lagi. desa tempat tinggal Keke, bisa terlihat dari sini. terlihat juga dari sini, sekolah di desa Keke. sekolah yang sudah rapuh dan tua. itulah skolah satu satunya, di desa Keke. bukit di tanah lapang pak Samad-pun, bisa terlihat. ini merupakan kejutan, yang tak ternilai harganya.
Keke melihat Ranum.
"bagaimana bisa, kau temukan tempat seperti ini?" tanya Keke sambil turun ke bawah bukit.
"kebetulan, hampir setiap minggu, aku selalu ke pasar ini." jawab Ranum.
"oh, iya! ada pesan dari bibi Linda," ucap Keke, Ranum tertegun kaget.
"kau kenal kak Linda??" tanya Ranum. "berarti, kau kenal Mikka?" Keke mengangguk.
"katanya, jangan khawatir." Keke menyampaikan pesan dari bibi Linda untuk Ranum.
"sepertinya kau harus menggambar.." Ranum mengganti topik pembicaraan.
"kenapa?"
"karena, lihat belakangmu!" perintah Ranum.
Keke menengok ke arah belakang, dan melihat sebuah keajaiban..
Bersambung....

Drawing For The School (Part 10)

by Yulia Rizki R

sinar matahri pagi, mulai terasa di tubuh Keke. rasanya hangat. pagi ini, cita cita Keke akan terwujud. rasanya bahagia. seperti terbnag di angkasa. bahkan lebih. ini seperti kemenangan dalam piala dunia.
toko toko di pasar sudah mulai buka. mulai banyak orang yang berlalu lalang sekitar jalanan. ada yang membawa sayur dari desa, hewan ternak dari kota, atau sebagainya. Keke mungkin belum terbiasa dengan keadaan ini. ini pertama kalinya Keke mengembara ke kota.
Keke mulai bangkit dari dari Masjid. ia berjalan mencari toko alat tulis, yang masih buka. Keke mulai berjalan ke arah timur. ke arah matahari pagi, datang. sedikit silau, tapi, sangat hangat. makin ke timur, makin hangat.
Toko Sanjaya
itulah nama toko yang tertera dalam sebuah papan.
mejual perlatan tulis,
kata selanjutnya, dibawah nama toko tersebut..
dan mewarnai.
Keke melebarkan senyumnya. langsung masuk ke dalam toko yang baru buka. sang pemilik toko, maish sibuk dengan barangnya, yang baru masuk, dari kota. masih dalam keadaan pagi. sang pemilik toko memindahkan barang barang yang ia pesan dalam gudang. melihat Keke yang datang, sang pemilik toko tersenyum tipis.
"mau beli apa?" tanyanya.
"crayon, alat mewarnai." jawab Keke polos.
"mau yang berapa? 12, 24, 36..??"
"yang paling murah, yang mana?"
"yang 12, harganya 20 ribu, yang 24, harganya 39 ribu."
Keke mengambil uangnya. didalam kantongnya, ada sekitar, 40 ribu. jika Keke membeli yang 12, maka akan tersisah, 20 ribu, tapi, jika keke membeli yang 24, maka sisanya ada seribu.
jika Keke berfikir kedepan, bagaimana cara ia makan, bertahan hidup dll, maka Keke harus membeli yang 12. bukan 24. walaupun, uangnya cukup.
"12," jawab Keke. sang pemilik toko langsung membuka salah satu kardusnya. dan mengambil sebuah crayon. Keke tersnyum. sangat bahagia. rasanya seperti melayang layang.
Keke memegang alat warnanya. seperti memegang tongkat emas. ini pertama kalinya untuk Keke. Keke memasukkan crayonnya, dalam kantong plastik. begitu pula kertas dan pensil warnanya.
sambil memberi uang yang pas, Keke langsung berlari. tapi, larinya terhenti ketika melihat Ranum ada di depannya. Ranum melihat Keke membawa alat warna. dan sepertinya Ranum terkejut.
"Keke?" tanya Ranum.Keke melangkah mundur satu langkah apakah Ranum akan menyakiti Keke?
"ikut aku!" ajak Ranum sambil menarik tangan Keke. apa yang akan terjadi??
Bersambung..

Drawing For The School (Part 9)

by Yulia Rizki R


sambil melahap nasi, dengan ayam, dan sebuah tempe goreng di warteg, di tengah kota kecil. Keke merasa teringat, dan sedih jika memakan tempe goreng itu. teringat akan ibunya, yang sudah lama, terkurung dalam kemiskinan. Keke juga sedih, akan hutang hutang, yang belum dibayar orang tua Keke, dari dulu.
kemiskinan, memang sering menjerat warga desa terpencil. seperti halnya kami. rasanya sangat pedih, tapi, bahagia. namun, jika harus mengulang ingatan pedih, tentang hutang hutang yang belum terbayar, rasanya mati.
makanan yang diberikan wanita yang bernama Linda itu, sangat berharga bagi Keke. jarang sekali Keke bisa makan nasi dengan ayam. apalagi, di jaman yang apa apa sulit ini. rasanya senang. walau hanya sebuah makanan.
"namamu siapa?" tanya Linda.
"Keke." jawab Keke polos sambil meminum air tehnya.
"Keke? ibumu, Sutisna?" tanya Linda. Keke mengangguk sambil meneguk minumannya.
"sampaikan salam, dari Bibi Linda, untuk ibumu."
"kenapa, Bibi, bisa tahu tentang ibu?" tanya Keke.
"dulu, waktu kamu baru lahir, aku kenal baik dengan ibumu. tapi, sekarang, kami sudah jarang bertemu." jelas Linda. atau, bibi Linda. "sudah ya. kau sudah sampai di kota." pamit bibi Linda, langsung pergi meninggalkan Keke. sebelumnya, bibi Linda sudah membayar makanan, yang mereka makan.
Keke mengangguk mengerti, dan melanjutkan makannya. walau hari sudah gelap, dan Keke tak tahu, harus tidur dimana, Keke tetap harus melanjutkan perjalanannya untuk mencari toko alat tulis, yang buka.
Adzan menggema, di seluruh kota. Keke melihat Masjid yang kukuh, berdiri di depannya. Keke tersenyum. mungkin saatnya untuk istirahat, dan Curhat, kepada Tuhan.
berikanlah aku kekuatan, untuk mengapai langit biru. berikan aku kesempatan, untuk menggenggam langit biru. beri aku sedikit kenikmatan, untuk menggapai cita citaku. berikan aku kasihmu, agar aku sehat selalu. Tuhan-ku, aku ingin seperti mereka. bersekolah, dan mendapat sahabat. diberikan kesempatan, untuk membahagiakan orang tua. di berikan kenikamatan, untuk bermain seperti anak biasa. tak perlu berjuang keras, mereka hanya perlu membaca buku, yang sudah disediakan. tak perlu memikirkan biaya, mereka sangat senang. tersenyum cerah. aku ingin seperti mereka. bisa bahagia bersama orang tua. bisa pergi kemana mana. berpetualang, seperti angin. Tuhan, kabulkanlah Doa-ku. Amin...

Hari mulai pagi. walau udara masih dingin, dan juga gelap, tapi, sebentar lagi, matahari kan menyinari bumi. Keke, yang tidur di depan Masjid, dibangunkan oleh penjaga Masjid untuk Sholat Subuh.
setelah Sholat, dan ber-Doa kepada Tuhan. Keke menghitung uangya. dan, ia masih bisa melihat kertas yang ia lipat, masih bersih, juga pensilnya. Keke sangaat semangat. sebentar lagi, ya.. sebentar lagi!
Bersambung...

Drawing For The School (Part 8)

by Yulia Rizki R


rasanya seperti tersedak batu besar. itulah yang dirasakan Keke. rasanya terkejut, dan juga bingung. apakah Ranum yang dikenal Keke, yang berada di dalam foto? apakah Ranum yang lain? Keke tak percaya.
mobil Truk terus melaju. hingga sampai di kaki bukit. Keke hanya terdiam. sambil menahan rasa sakit, yang ia pendam dari tadi. rasanya mau mati, jika Keke melihat lukanya. perih, sakit, dan sebagainya.
"kakimu, kenapa?" tanya wanita itu, mengganti topik pembicaraan.
"terkena tebing." jawab Keke malu malu.
"kau, memanjat tebing?" tanya wanita itu sambil membuka jendela mobil. Keke mengangguk.
"coba kau ambil kotak hitam di bawah kursimu. didalamnya ada obat merah. mungkin bisa membantu." ucap wanita itu.
Keke mengambil kotak hitam di bawah jok kursi. kotak hitam yang agak berat. banyak debu debu diatas kotak hitam itu. sepertinya, tak pernah di bersihkan. kotak hitam itu, tak dikunci.
Keke membukanya, dan memdapati sebuah bingkai foto dan juga beberapa album. Keke mencari obat merah dalam kotak hitam, yang mungkin, berisi kenangan tentang wanita itu. saat Keke mencoba mengambil obat merah, diantara cela cela album, angin kencang berhembus ke arah mobil. langsung saja, album itu terbuka. banyak sekali foto foto anak gadis. ada yang sedang bermain, belajar, dan lain lain. tapi, pandangan Keke tertuju pada sebuah foto yang sangat ia kenal. Mikka. Mikka yang selama ini ia temui.
Keke langsung menutupnya dan mengambil obat merah. secepatnya. saat mengolesi obat merah, pada lukanya. rasanya perih. sakit. rasanya seperti ditimpuk timpuk batu.
"sebaiknya, kau bawa ke dokter. lukamu itu." Keke terdiam.
mobil melaju lebih cepat.
"apakah, kau kenal Ranum?" tanya Keke, yang lagi lagi berganti topik.
"ya. dia tetanggaku dulu. memang kenapa?"
"apakah namanya, Ranum Pertiwi Trihasari?"
"kau bisa tahu? hebat sekali kau!" puji wanita itu.
"dia, temanku..," wanita itu menoleh. "bisa dikatakan, begitu. tapi, kami jarang bermain bersama.."
"kalau bertemu dia, katakan, "jangan khawatir," dan juga katakan, ini dari Linda. mengerti?" pesan wanita itu. sedikit memaksa, juga sedikit memohon. Keke mengangguk pelan.
sebentar lagi, bukit akan dilewati Keke. dengan seikit menumpang, harapan Keke untuk menembus langit makin dekat. berusahalah, Keke jangan menyerah, sampai kapanpun!
Bersambung....

Drawing For The School (Part 7)

by Yulia Rizki R

Keke sampai di pinngir jalan raya. tenaganya terkuras penuh untuk berlari. baju dan tubuhnya sudah basah oleh air keringat. matahari tertutup oleh awan tebal. sedikit redup, dan berhembus angin. Keke duduk di pinggir jalan.
rasanya ingin sekali, tidur di kasur empuk, dengan ditemani bantal bantal. rasanya sangat menyenangkan. lalu disediakan minum dan makanan dingin di saat seperti ini. lalu udara yang sejuk di sekitarnya. seperti udara pantai.
Keke menyudahi andai-annya. Keke berusaha kembali kedunia nyata. matahari mulai menampakkan cahayanya yang terik. debu debu berterbangakan, tertiup angin kencang. mata Keke menyipit. berusaha untuk tidak terkena debu.
Keke melambai lambaikan tangannya pada sebuah Truk yang menganggkut kayu kayu. Truk itu berbelok sedikit ke arah pinggir jalan.
"naiklah." ucap sebuah suara wanita. yang sepertinya supir Truk ini.
"makasih," jawab Keke sedikit malu malu.
Keke naik ke dalam mobil, yang jendelanya setengah terbuka. Keke duduk di kanan. di depannya, ada sebuah Foto, yang menggambarkan dua orang gadis yang sepertinya bersahabat.
"dari mana kamu?" tanya wanita yang menyupir, tanpa menoleh sedikitpun ke arah Keke.
"desa."
"mau apa ke kota?" Keke terdiam. ia tak menjawab. Keke malu untuk berkata sebenarnya. "menembus langit biru?" tanyanya. menoleh singkat, ke arah Keke. Keke mengangguk.
"apa cita citamu?" tanyanya.
"tidak tahu." jawab Keke polos. wanita itu menoleh aneh kepada Keke. mata coklatnya seperti dikenal Keke.
"kau sama seperti mereka," jawabnya. "gadis di foto itu." tunjuknya ke arah foto.
"yang mana?"
"yang kanan. namanya Mikka Dwi Permata Sari."
"Mikka?" tanya Keke sedikit terkejut.
"ya. lima tahun yang lalu, ia meninggal karena kecelakaan mobil." jawab wanita itu sedikit tersinggung. matanya sudah agak memerah karena sedih. entah mengapa.
Keke terheran heran. Mikka apakah Mikka yang itu? tapi, wajahnya sangat berbeda dengan Mikka yang berada di foto. Mikka yang satu ini, lebih bersemangat dan ceria. sedangkan Mikka yang ia temui, sangatlah manis dan anggun. berbeda sekali.
Keke melihat gadis yang satunya, yang berada di sebelah kiri Mikka. ia terseyum bahagia. wajahnya, manampakan kegembiraan dalam hati. tulus, seperti kapas.
"siapa dia?" tanya Keke penasaran dengan gadis yang satu lagi.
wanita itu tak menjawab. ia berkonsentrasi pada depannya. Keke masih menatapnya. sepertinya tak ada jawaban. wanita itu membelokkan Truknya, mengikuti jalan.
"kau ingin tahu?" tanyanya. Keke manatap wanita itu seperti anggukan. wanita itu menghela nafas dan berkata, "namanya Ranum."
kali ini, Keke benar benar terkejut. bagaimana bisa!?
Bersambung..

Drawing For The School (Part 6)

by Yulia Rizki R

dalam situasi yang terjepit, Keke harus manahan rasa sakit di kakinya. bukan hanya itu saja, mata Keke mulai berkunang kunang. Keke hampir tidak bisa melihat apa apa. Keke rasanya ingin mati dan mengakhiri ini semua.
"jangan menyerah!" terdengar suara Mikka memberi semangat. "jangan seperti diriku yang tak bisa mengapai impian! aku adalah pecundang! berhenti di tengah jalan! jangan menyerah!! aku nggak mau, kamu sperti diriku. kumohon, Keke, jangan sampai disini saja!" mohon Mikka yang tak menampakan dirinya.
"tapi, aku sudah nggak kuat," jawab Keke berlinang air mata.
"kalau kamu menyerah, bagaimana impianmu? bagaimana dengan kebaikan pak Samad yang terus mendukungmu? bagaimana dengan orang tuamu, yang sedang khawatir mencarimu?? lalu, bagaimana caranya agar kamu bisa sekolah?? itu impianmu kan?!"
Keke diam. ia berfikir sekali lagi.
impianku hanya satu yaitu sekolah. sekolah yang paling penting! tak ada yang lain. aku juga ingin mengubah nasibku. tapi, aku nggak bisa kalau caranya begini! batin Keke tak kuat.
"jangan menyerah! fisikmu boleh terluka, tapi, semangatmu tak akan terluka! kau yang berkata, 'aku akan menembus langit!', lalu kenapa kau sendiri, yang menyerah?"
Keke menetup matanya. apakah aku harus menyerah? apakah, aku harus pasrah saja?? aku bingung. btain Keke.
"apakah Tuhan sayang padaku?? apakah semua orang memperdulikkanku??" tanya Keke pada Mikka.
"Tuhan amat sayang padamu. jika tuhan tak sayang padamu, maka Tuhan tak akan memberikan cobaan berat ini. Tuhan akan terus mendukungmu. di dalam hatimu. tapi, jika kau tak melakkukan sesuatu, jika kau menyerah, maka Tuhan tak akan sayang lagi, padamu."
"tapi, apakah ini cobaan yang pantas untukku?? aku.. aku.." Keke berhenti bicara. ia sudah kehabisan kata kata.
tebing yang pegang Keke sangat kuat. bahkan, sampai saat ini, tebing itu belum retak juga. walaupun agak tajam. tapi, tak terasa tajam. terasa halus dikulit. rasanya seperti memegang kapas yang sangaaat kuat.
bukan hanya itu saja, padahal angin berhembus agak kuat. tapi Keke belum terjatuh juga. padahal, kalau orang yang sudah sering memajat tebing, rasanya sangaat aneh. apalagi, Keke hanya mengunankan tangan kanannya. tangan kirinya, mengcengkram kuat, kertas dan pensilnya.
"coba kau lihat keadaanmu, itulah keajaiban Tuhan. jika Tuhan tak sayang padamu, maka, tak akan ada keajaiban itu.." Mikka terus menjepit Keke agar terus berusaha.
"benar.." jawab Keke. "Tuhan sayang padaku. semua juga sayang padaku.." Keke tersadar sekarang. rasanya sangaaat tenang, dan aneh. sangat lembut tapi, seperti angin.
"aku akan terus berusaha!!" tekad Keke.
ia mulai menggoyang goyangkan kakinya. walaupun kedua kakinya terluka karena tergores oleh batuan tebing, tapi, tak terasa sakit. kaki Keke yang lincah, mencari cela untuk pijakan. walaupun agak susah. Keke takmu berhenti.
kertas dan pensilnya, ia masukkan ke dalam saku belakang. celana pendek, kesayangan Keke, memang banyak sekali kantong. apapun bisa dimasukan kedalam kantong celana kesayangan Keke.
tangan kecilnya, mulai memegang tebing tebing. dengan sangat lincah. tak sampai lima menit, Keke sudah sampai di atas tebing, dan melanjutkan larinya. dalam hati ia berkata, "terima kasih semua.."
Bersambung..

Drawing For The School (Part 5)

by Yulia Rizki R


TRAK!
bagian yang tebing yang dipegang Keke retak. Keke kaget dan berhenti sejenak. iapun memutuskan untuk mencari cela yang lain. Keke berusaha semaksimal mungkin. tenaganya sudah terkuras untuk memanjat tebing.
fisik Keke sudah tak kuat, tapi, mental Keke masi kuat. apapun yang terjadi, harus bisa! tekad Keke dalam batinnya. Keke menemukan cela kecil di atas. agak susah di raih, tapi, akhirnya berhasil. Keke naik perlahan.
TRAK..!!
ini gawat! cela yang diambil Keke patah dan ... KEKE TERJATUH..!!
BRUK!
Keke menimpa tumpukan daun dan ranting. ia menghela nafas. dan berkata, "terima kasih Tuhan, kau sudah menyelamatkanku." ucap Keke bersyukur. karena masih diberi kesempatan.
Keke berdoa dalam hati. "ya Tuhan, berikan aku kemudahan untuk memanjat tebing ini. aku ingin menembus langit. jika, aku sudah menembus langit, aku ingin bersekolah."
Keke bertekad yakin. walaupun pinggangnya sedikit sakit karen terjatuh tadi, tapi, Keke tak patah semangat. cita citanya menembus langit aku segera terwujud. apapun yang terjadi. Keke harus semangat dan sabar, mendapat cobaan dari Tuhan.
"baiklah. akan kuulang. harus lebih hati hati!" Keke mengambil beberapa daun. daun itu, ia gunakan sebagai pengganti sarung tangan. walau agak sedikit licin, tapi, itu tak masalah bagi Keke.
Keke mulai memanjat tebing lagi. kali ini, ia lebih semangat. sangat semangat. sambil memanjat tebing, Keke selalu terseyum dan berkata dalam hati. "Tuhan, berikan Keke kemudahan."
cela cela yang retak ataupun yang belum retak, Keke pukul agak kencang. agar Keke, bisa mengetahui, mana cela yang aman, dan yang tak aman. Keke lebih berhati hati juga. karena, semakin di atas, angin makin kencang. apalagi Keke hanya memakai kaos dari rumah, dan tidak membawa jaket.
"satengah lagi!" kata Keke makin bersemangat.
walaupun angin masih agak kencang, Keke tak patah semangat. walaupun matahari sangat panas, Keke tak akan mundur. walaupun badai akan menerpa, Keke harus bisa. maju terus pantang mundur!
tinggal satu genggamman lagi, Keke sudah sampai di atas. Keke terseyum cerah. lebih cerah dari pada matahari yang tersenyum.
satu menit kemudian, Keke sudah sampai diatas tebing. sambil berdiri di pinggir tebing, melihat pemandangan yang ada. dari sini, bukit kecil pak Samad bisa terlihat. Keke sangat bahagia. memangingat kebaikan pak Samad yang selalu membantunya. disini juga, tampak samar samar rumah Keke. Keke tersenyum. ia tahu, kedua orang tuanya, pasti sekarang sedang gelisa mencari anak satu satunya.
tapi, senyum Keke memudar, saat tebing yang ia pijak runtuh!
tangan Keke mencengkram tebing yang belum runtuh dan yang masih kuat. kaki Keke terluka dan keluar darah. Keke menitikan air matanya. karena kakinya sangat sakit. ini pertama kalinya Keke merasakan sakit yang luar biasa. Keke tak tahan. tangannya mulai kesemutan.
"harus bisa...," tekad Keke, yang dalam situasi, jatuh atau selamat...
Bersambung...

Drawing For The School (Part 4)

by Yulia Rizki R

Keke terus berlari sekencang kencang mungkin. nafasnya mulai habis karena berlari. dadanya mulai sesak. sepeerti dijerat tali. jantungnya berkerja keras dan keras. darahnya serasa mengalir di seluruh tubuhnya. jujur saja, Keke sebenarnya tak kuat lagi berlari.
keringat yang membasahi tubuhnya. tubuh kecil yang sangat halus. kulitnya mulai terbakar oleh terik matahari yang panas. tapi, Keke, tak boleh menyerah di tengah jalan. tinggal melewat jalan raya, setelah itu sampai di bukit.
Keke manarik nafas panjang panjang sambil duduk sejenak. ia menaruh kertas dan pensil, yang ia pegang semula. matahari makin meninggi. semakin panas. serasa ditusuk tusuk pedang yang baru dipanggang di bara api. rasanya Keke mau pingsan.
Keke mulai merasa kelaparan. ia menengok ke kanan dan kirinya. yang ia lihat hanya pohon jambu yang buahnya belum begitu matang. dan juga pohon mangga yang buahnya belum tumbuh. Keke menarik nafas.
ia berjalan dengan kaki yang serasa di tusuk tusuk, menuju pohon jambu. ia mulai mencari cela cela yang bisa ia panjat. ia tak begitu ahli memanjat. namun, ia pernah memanjat satu kali.
Keke sudah sampai atas pohon jambu, dengan nafas yang tersenggal. keringatnya makin bercucuran. walaupun angin sudah berhembus, namun belum membuat Keke merasa puas. ia mengambil salah satu jambu dan memakannya. walaupun hanya untuk mengganjal perut. Keke tahu, pasti di perjalanan ia akan merasa lapar. ia mulai mengambil beberapa jambu yang agak matang untuk perbekalan di perjalanan. ia menrauhnya di kantong sebelah kirinya. setelah itu, ia turun kembali dari pohon.
Keke menahan rasa lelahnya. ia mengambil kertas dan pensil. setelah itu ia berjalan ke arah tebing. melewati tebing adalah jalan terbaik. karena bisa menghemat waktu.
sepuluh menit kemudian, Keke sudah sampai di tebing. dari tebing, samar samar Keke bisa melihat jalan raya. senyum Keke melebar. semangatnya makin berkobar. seperti api yang diberi minyak tanah.
dengan sangat hati hati, Keke melewati tebing yang pangjangnya sekitar 50 meter. tanpa perlatan dan tanpa tambang. hanya dengan tangan kosong dan semangat, ia mencoba menaiki tebing itu. kakinya hanya beralaskan sepsang sendal jepit. Keke tak mau berhenti, hanya karena tebing.walaupun tangan Keke sakit, Keke tak bisa menyerah disini.
"harus bisa! harus bisa!" gumamnya bersemangat.
kakinya mulai mati rasa. tangannya seperti memengang duri duri dari besi. sangat sakit. padahal baru saja sperempat tebing yang mampu ia lewati. mata Keke mulai berkunang kunang.
"HARUS BISA!! HARUS BISA!!! NGGAK BOLEH NYERAH!!! PASTI BISA!!! HARUS BISA!!! BAGAIMANAPUN CARANYA!! PASTI BISA!!!!!" teriak Keke untuk menyemangati dirinya dalam rasa susah.
"HARUS MENEMBUS LANGIT BIRU!! NGGAK BOLEH NYERAH, HANYA KARENA HAL SEPERTI INI!!!" teriak Keke makin kencang.

Bersambung..

Drawing For The School (Part 3)

by Yulia Rizki R

Keke berlari terus berlari. hingga akhirnya Keke beristirahat sejenak di dekat sungai tanpa jempabatan di sampingnya. jika ingin pergi ke kota kecil di balik bukit, lewati sungai lembah di sebelah timur desa, atau menaiki kendaraan, yang biayanya cukup mahal.
Keke menarik nafas panjang. ia memeriksa kantongnya. uangnya masih lengkap. Keke mulai berfikir untuk melewati sungai. sungai panjang yang mengalir deras ini memang susah untuk dilewati. jika ingin melewati sungai, biasanya para penduduk desa menaiki sebuah truk, yang pemiliknya saudagar kaya dan sombong. bernama, pak Budung.
Keke tak bisa menaiki truk milik pak Budung. biayanya terlalau mahal. apalagi, uang itu hanya cukup untuk membeli alat warna.
"Keke lagi ngapain?" tanya sebuah suara yang ia kenal. Bertha!!
Bertha adalah, anak dari pak Budung. ia sangat kejam. hampir semua anak desa sudah ia hajar. semuanya, tak ada yang bisa lari dari Bertha.
Keke tertegun kaget. ia masukkan tangan kanannya, kedalam kantong celananya. berusaha untuk menyembunyikan uangnya.
"apa yang kamu sembunyikan?" tanya bertha. Keke menggeleng ketakutan. sambil menelan ludahnya, karena takut akan Bertha, mengambil uangnya.
"uang ya?" tebak Bertha sambil menunjukan seyum licik. " ayo, berikan kepadaku!" perintah bertha kasar. sambil mencengkram tangan Keke. Keke menggeleng. "berikan!" paksa Bertha. Keke terus berusaha melindungi uangnya. tangan kirinya menggenggam erat pansil dan sebuah kertas. Keke berusaha untuk melawan, tapi tak bisa.
"KEKE!! berikan uangnya kepadaku!! sekarang!!" bentak Bertha makin kasar. Keke mencoba untuk mundur tapi tak bisa. jalan buntu. belakangnya sungai!!
Bertha berhasil mengambil uang Keke.
"Bertha, aku mohon, jangan!! itu untuk membeli alat warna, tolong BERTHA!" mohon Keke. Bertha tak memperdulikannya.
"Bertha, aku mohon! sekali ini saja!" mohon Keke sambil memegang kaki Bertha.
"ih! kamu ini! yang ada ditangan aku ini, adalah milikku.jadi, jangan ngaku ngaku deh! lagi pula, ini uang curian ya?!" decak Bertha sambil memfitnah.
"bukan! ini uang tabunganku!" jawab Keke mulai menitikkan air matanya. "Bertha, Tolong! jangan ambil!"
"eh, Bertha ngapain kamu?!" bentak seorang gadis. seyum Keke melebar. "Mikka!!"
"mi ... Mikka?!?" kata Bertha kaku. wajahnya pucat pasi. seperti melihat setan. ia memberikan uang itu ke tangan Keke. danberkata;
"kumohon, Mikka! jangan hantui aku! aku minta maaf deh, aku ngaku salah!maaf ya!! kumohon balik lagi ke alam kubur kamu!" mohon Bertha sambil bersujud sujud di depan Mikka.
"aku tahu kok," jawab Mikka sangat lembut. " itu bukan salah kamu. yang mendorong memang kamu, tapi, bukankah aku yang meminta. mulai hari ini, jangan menjahili orang lain lagi ya," pinta Mikka. Mikka menatap Keke. " tembus impianmu. langit biru ada di deoanmu. badai pasti kan berakhir. berjuanglah! larilah! jangan menyerah sebelum mencapai langit biru."
"itu pasti, Mikka!" jawab Keke sambil tersenyum bahagia.
Keke membuka mataku. kini, Keke sudah di sebebrang sungai. ia berlari lagi, menembus impian, langit biru yang cerah pasti akan mendukungnya!
Bersambung...

Drawing For The School (part2)

by Yulia Rizki R


Saat membuka hasil lomba, betapa kecewanya Keke. ia harus ada di urutan paling bawah. Keke tak mengerti, kenapa harus begitu. perasaan Kekepun berantakan. hancur. ia ingin menangis tapi tak bisa. Keke kecewa dengan kemempuannya sendiri. pak Samad, yang mengerti perasaam Keke, yang begitu kecewa langsung pergi.
"kamu kenapa?" tanya sebuah suara. Keke mengok ke arah timur. seorang gadis seumuran Keke berjalan ke arah Keke. Keke memandang curiga gadis itu. gadis itu tersenyum.
"gambarmu bagus," ujarnya. "hanya sayang tak diwarnai. itu saja." lanjut gadis itu.
"siapa kamu? kenapa kamu begitu sok tahu tentang gambarku? tahu apa kamu?" jawab Keke kesal.
"oh, iya. aku lupa. namaku, Mikka. aku berasal dari kota." ujar Mikka terus tersenyum.
"coba kirim lagi. kali ini harus diwarnai." Keke cemberut kesal. "kalau ada, pasti sudah diwarnai!"
Keke lari ke rumahnya. ia kesal pada gadis yang bernama Mikka. kenapa dia begitu sok tahu? batin Keke kesal. sambil berlari ke arah rumahnya. pak Samad yang pada saat itu sedang ingin membersihkan tanah lapang miliknya, kaget, melihat Keke berlari kesal. saat itu juga, pak Samad melihat seorang gadis yang hilang ditelan Angin di atas bukit.
di rumah Keke yang sangat kecil, Keke membantu ibunya berjualan gorengan di depan rumah. para ibu ibu yang mmebeli heran melihat wajah Keke yang cemberut. ibu Kekepun juga merasa heran.
"Keke, kamu kenapa?" tanya ibu Keke.
"nggak kenapa kenapa." jawab Keke garing. ibu Keke hanya geleng geleng kepala dan kembali masuk ke dalam rumah.
Keke teringat akan hasil lomba. kini, ia tak akan bisa sekolah. ia hanya bisa melihat, tapi tak bisa merasakan. Keke makin kecewa ketika ia tahu bahwa ia berada di posisi paling akhir.
andai Keke orang kaya. mungkin, ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. sekolah dan alat gambar. semua ingin digenggam Keke. menembus langit biru, menembus harapan seluruh dunia. andai terwujud, Keke akan melebarkan seyumnya untuk dunia. berterima kasih kepada Tuhan, yang telah memberikannya sebuah harapan baru.
Keke sadar. ia bukan siapa siapa. ia hanya orang miskin yang tak sempurna. mungkin, Tuhan tak sayang kepada. Tuhan tak memberikan harapan yang baru pada Keke.
ah, tidak! batin Keke. Kartinipun pernah berkata; "Habis gelap, Terbitlah terang". di ujung badai, pasti ada langit biru menunggu. Keke terseyum. Tuhan sudah memberikan harapan baru pada Keke.
Keke masuk ke dalam rumahnya. mengambil sebuah kertas dan pensil. ia memecahkan celengan kesayangnya, yang ia tabung dari umur lima tahun. Keke menghembuskan nafas panjang panjang. harusku pecahkan! pecakan! batin Keke tak tega.
PRANG!
Keke langsung mengambil uangnya tanpa ragu. ia berlari keluar rumah menuju toko yang jauh dari desanya. ia harus ke kota kecil di balik bukit, jika ingin membeli alat warna. Keke menarik nafas panjang.
"IBU, DOA'IN KEKE YA! BIAR BISA MENEMBUS LANGIT BIRU DAN BERSEKOLAH!!!" teriak Keke dari luar rumah, untuk ibunya. ibu Keke kaget. dan keluar rumah. saat keluar, Ibu Keke menatap sedih anak semata wayangnya. entah mengapa.
Keke berlari sambil tersenyum. sembil membawa selembar kertas dan pensil, dan juga uang di kantong celananya. ia melihat pak Samad dan berhenti sejenak.
"PAK SAMAD, MAKASIH YA, UNTUK SELAMA INI! DOA'IN KEKE BIAR BISA MENEMBUS LANGIT DAN BERSEKOLAH!!!" teriak Keke untuk pak Samad. Keke melihat Mikka dan tersyum.
"UNTUK MIKKA, MAKASIH!! MAAF BUAT YANG TADI!!! MAKASIH ATAS DUKUNGANNYA!!" teriak Keke sekencang kencangnya.
pak Samad heran. tak ada siapa siapa disana kecuali pak Samad.
Mikka terseyum, dan berkata Spesial untuk Keke. hanya Keke yang bisa mendengar, walaupun ia berteriak sekeras mungkin.
"LAKUKAN ITU!!! SEJUTA IMPIAN ADA DI DEPANMU!!" teriak Mikka menyemangati.
"makasih, Mikka."
Keke melanjutkan larinya. Menembus Impian yang akan ia raih semangat jiwa yang membara ingin membuat sebuah karya.
bersambung...

Drawing For The School (part 1)

by Yulia Rizki R.


Keke bukanlah anak kaya maupun anak berprestasi. berbeda dengan anak semuuranya, jika yang lain bermain bersama teman, maka Keke lebih suka menyendiri di bawah pohon mangga di tanah lapang milik pak Samad. ia suka menggambar sendiri di bawah pohon mangga yang sejuk dan tenang.
Keke mengerti dengan keadaan keluarganya yang miskin. Keke juga tahu, untuk membeli alat alat warna dan buku gambar, memerlukan biaya, maka setiap hari Keke hanya menggambar menggunakan sebatang lidi yang ia gores di tanah ataupun pasir.
terkadang Keke sedih melihat anak anak lain yang semuurannya. memakai seragam sekolah, memiliki banyak mainan, bisa jalan jalan kemana saja, bahkan untuk membeli alat alat merwarnai, hal mudah bagi mereka.
Keke juga manusia biasa yang tahu ia tidak sempurna. ia bisa menerima semuanya. walaupun, itu sangat sulit baginya.
"Keke, main petak umpet yuk!" ajak Ranum di siang hari yang mendung. Keke tak menjawab. ia masih asyk dengan gambarnya yang hampir selesai.
"Keke!" gertak Ranum. Keke menengok ke arah Ranum dan menggeleng kepalanya.
"masih seru nih," jawabnya sederhana.
"ih, Keke! dari kemarin gambar terus, apa nggak bosen?" tanya Ranum heran. Keke menggeleng kepalanya. "main dengan yang lain saja," kata Keke.
"ya sudah, kalau kamu tidak ingin bermain." jawab Ranum pasrah.
begitulah sifat Keke untuk mengusir rasa irinya pada yang lain. jika Keke diajak Ranum untuk bermain, biasanya, Ranum akan memamerkan kecantikan dan kekayaannya. walaupun begitu, banyak teman yang mendekatinya karena selalu mentraktir teman temannya.
hari sudah sore. langit tampak cerah. denagan matahari yang mau tenggelam, Keke sudah menyelesaikan gambarnya. pak Somad hanya geleng geleng kepala melihat Keke belum juga pulang.
"Keke tidak pulang?" tanya pak Somad.
"nanti saja, kalau matahari sudah terbenam." jawab Keke.
"gambarnya pak Somad hapus nggak apa apa?" tanya pak Somad.
"hapus saja. nggak ada gunanya kok." jawab Keke santai. "pak, enak nggak sih jadi orang kaya?" tanya Keke membuat pak Somad tertegun.
"memang kenapa?" tanya pak Somad.
"habis, melihat Ranum bisa beli alat gambar, memuat Keke iri,"
"kaya itu memang enak, tapi, apa gunanya jika kaya diluar tapi tak kaya di dalam." jawab pak Somad sambil menyapu tanah lapangnya. " sudah, pulang sana. nanti orang tuamu mencari lho." kata pak Somad yang menyudahi menyapu. Keke ingin santai sebentar lagi. menikmati udara sore dan matahari yang terbit di bukit tanah lapang milik pak Somad.
hari sudah pagi. anak anak sudah bersiap dengan seragamnya. merah untuk celana atau rok mereka, dan putih untuk baju mereka. ditambah dengan dasi merah dan topi merah. membuat mereka menjadi sangat rapi. dan juga tas yang ada di punggung mereka.
itulah yang dilihat Keke setiap pagi saat membantu orang tuanya memindahkan dangangnya ke depan rumah. rasa iripun terbentuk di dalam hati Keke. tapi, Keke harus sabar. walaupun ia tak sekolah, tapi, bukankah ilmu dapat dicari dimana saja? maupun dibuku ataupun dengan berinteraksi dengan yang lain. asal ada kemauan, semua pasti bisa.
selembar kertas putih dan pensil tergeletak di depan Keke saat memindahkan gorengan ke depan. senyum cerah menggembang di pipi Keke. langsung diambilnya kertas putih dan pensil itu. ia berlari ke arah lapangan. ia ingin menggambar sesuatu di kertas itu. rasanya sangaaat indah. berbungan bunga, seperti ingin melayang. walau hanya selembar kertas putih.
Keke mulai menghayal tentang matahari terbenam kemarin. ia langusng mengambil pensil dan membuat sketsanya. lalu ia tebalkan dengan pensil dengan warna hitam lebih tebal. dan jadilah sebuah gambar yang sangaaat indah. Keke terseyum puas dengan hasilnya. andai, ia bisa mengirimnya ke pak Presiden. rasa sangaat senang. jika gambarnya dilihat pak Presiden Indonesia.
"Keke ngapain?" tanya pak Somad ketika melihat Keke sedang tersenyum sendiri sambil melihat langit. tiba tiba, ia mendapat sebuah ide yang cemerlang.
"pak Somad, bisa bantu saya nggak?" tanya Keke riang.
"apa?" jawab pak Somad.
"bisa kirimin ini ke pak Presiden?" tanya Keke sambil menunjukan hasil karyanya.
"wah, kalau ke pak Presiden sih, bapak nggak bisa. tapi, kalau ke lomba, bapak bisa," jawab pak Somad.
"ya sudah, kelomba saja. tolongnya pak Somad. cuma bapak harapan satu satunya Keke untuk bisa bersekolah." mohon Keke. pak Somad tertegun kaget.
"memang Keke mau sekolah?" tanya pak Somad.
"iya, Keke mau sekolah jika menang lomba," jawab riang Keke.
"ya, sudah kalau begitu. pak Somad kirim ya. tapi, kalau menang, kasih sedikit saja," tawar pak Somad.
"iya, deh," jawab garing Keke.
"pak Somad cuma bercanda kok," jawab pak Somad.
sebulan kemudian pak Somad mengabarkan kalau sudah ada hasilnya. Keke diberikan amplop coklat yang isinya hasil lomba. Keke tak sabaran untuk membuka hasilnya dan ...
Bersambung...

Mentari Untuk Dina

by Azizah Nona

Hari itu,Zahra kembali duduk sendiri.Sudah 5 hari,kursi disebelahnya kosong tak berpenghuni.Seharusnya,Dina lah yang menduduki kursi itu.Tapi,Dina sudah 5 hari Absen tanpa kabar.Sehingga,terkadang Zahra duduk dengan Mitha yang juga duduk sendiri karena dulu anak baru.
“Bagaimana kalau besok kita ke rumah Dina saja? Mungkin dia sakit,atau..mungkin saja dia pindah sekolah.Semuanya,mungkin.”kata Vivi saat istirahat.Ia sedang mengobrol dengan Zahra,Mitha dan Ayu.
“Betul,tuh.Aku kan,tahu rumahnya Dina dimana,jadi..nanti aku bisa tunjukan jalannya.”kata Ayu.Ia memang pernah main ke rumah Dina.Itu juga sudah sebulan yang lalu karena ada tugas kelompok.
“Hmm..Oke deh.Aku ikut.Hari Sabtu setelah pulang sekolah,kita kumpul di depan Jalan Kelapa,ya? Itu kan,perempatan jalan rumah kita.Jadi,di tengah-tengah.Biar adil.”kata Zahra.
“Oke.”kata Mitha sambil mengunyah burger-nya.
Akhirnya,mereka sepakat untuk pergi ke rumah Dina hari Sabtu.Zahra,Mitha,Ayu dan Vivi meminta izin pada orangtua mereka.Allhamdulilah,orangtua mereka mengizinkan.
***
Hari Sabtu,sepulang sekolah Zahra segera mencari ojek untuk pulang.Ia tak mau terlambat untuk pergi ke rumah Dina.
Setelah sampai,ia membayar dan segera masuk ke dalam rumah.Ia mengganti pakaian dan makan siang.Setelah itu,ia mampir sebentar ke toko buah di seberang rumahnya.Mungkin saja Dina sakit.Hmm..Kata Bunda,kalau orang sakit harus dibawakan Buah agar cepat sembuh…gumam Zahra dalam hati.
Seusainya ia membeli buah,Zahra pamit pada Bunda dan Abinya.Setelah itu,dengan memakai sepeda ungunya,ia pergi ke Jalan Kelapa.
Kring..kring..
Disana,sudah ada 3 orang anak menunggunya.Zahra melambai,tanda hadir.
“Ok.Siap,ya.Ok,come on.”kata Ayu.Ia paling depan karena yang paling tahu letak rumah Dina.
Setelah 12 menit,akhirnya 4 anak itu sampai di depan rumah tingkat berwarna abu-abu.Disana,terlihat Dina sedang duduk di Ayunan kesayangannya sambil membawa Teddy Bear yang pernah diberikan oleh Zahra sewaktu Dina ulang tahun.Tapi,ada keanehan.Wajah Dina tampak pucat pasi.Bibirnya putih,dan mukanya tak bersinar.
“Hei! Itu Dina.”kata Mitha.Mereka langsung menekan bel.Yang lain mengikuti dari belakang.
“Iya,tunggu.”kata seseorang dari dalam.Terlihat sosok Dina menghampiri pintu pagar untuk membukakan. “Siapa? Hah?!”ia seperti terlonjak kaget mengetahui kedatangan teman-temannya tanpa sepengatahuannya.
“Ada apa?”Tanya Dina.
“Kenapa kamu nggak masuk? Udah 5 hari lho,kamu absen.Kamu juga nggak ikutan ulangan harian IPS,PKN sama MTK.Bu Asti juga udah nanyain kamu.Emang ada apa sih?”Tanya Ayu.
“Se..Sebenarnya,Mmm..Eh,ngomongnya di dalam aja,yuk.Di luar banyak angin.”kata Dina sambil menarik tangan Zahra.Zahra hanya mengikuti.
“Ayo,cerita dong..sama kita.Alasan kenapa kamu nggak masuk.”kata Mitha penasaran.
“Mmm..Sebenarnya,..Aku terkena penyakit kanker darah,dan sudah parah.”kata Dina sambil tertunduk.Zahra,Ayu,Mitha dan Vivi tentu kaget setengah mati.Mereka tak menyangka kalau Dina terkena penyakit kanker yang tak ada obatnya.
“Ja..Jadi,kamu nggak masuk gara-gara itu?”kata Vivi.
“Iya.Aku sekarang sekolah di rumah.Alias Home Schooling.Jadi,tolong sampaikan surat dokter ini dan juga surat izin orangtua ku kepada pak kepsek dan bu Asti.”kata Dina sambil menyerahkan surat dokter dan surat izin orangtua.Zahra memeluk Dina sangat erat.
Tiba-tiba,Zahra ingat.Pernah waktu ia menangis,adiknye berkata, “Kak Zahra kok nangis?? Berarti hati kakak lagi musim hujan dong? Biar kakak senang dan nggak nangis lagi,..nih,Cheryl kasih mentari buat Kakak.Hihi..Cheryl udah punya banyak kok.Jadi,mentari dihati Cheryl nggak akan habis.Kan ada bunda,ayah,kakak,dan teman-teman Cheryl yang mau ngasih mentari mereka buat Cheryl.”Itu kata-kata polos yang slalu diingat Zahra jika ia ingin menangis.
Dina menitikan air mata.Perlahan tambah deras saja air matanya.

“Sudahlah,Dina.Nih,aku beri kamu Mentari supaya musim hujan dihatimu cepat berlalu.Hihi..Mentari dihatiku banyak.Jadi,walau kamu minta nggak akan habis.Karena,ada Ayah,Bunda,Adik,dan Teman-temanku yang mau ngasih mentari lagi buat aku.”kata Zahra sambil tersenyum manis.Teman-temannya bengong,lalu tersenyum.

“Haha..Ok,Zahra.Mentari ini,nanti akan kukembalikan padamu jika musim hujan dihatiku sudah berlalu.”kata Dina.
“Ow..Tak apa,Dina.Mentari itu kan,abadi di langit.Berarti,mentari untuk hati kamu itu juga akan abadi di langit hati kamu,Din.Dan juga,ini aku bawakan buah.”kata Zahra dengan nada polos dan sambil tersenyum.
“Ok.Terimakasih,Zahra..Kau memang Mentari untukku!”kata Dina sambil menghapus air mata dipipi-nya.Zahra ingin ikut menangis.Tapi,itu namanya..sama aja boong dong,kalau dia menampakan sifat cengengnya habis ngomong kayak begitu.So,Tersenyumlah dengan mentari-mentari yang ada di dekat kalian!

Buku...Buku...Buku Lagi

by Annisa Rizki Primandini

“Aku pulang!” seru Kak Rendy, kakak sepupuku. Dia baru pulang dari luar kota. Setiap pulang dari luar kota, dia pasti membawa sebuah buku. Entah itu buku cerita, buku pelajaran, buku sejarah, dan lain-lain. Aku belum membacanya satupun.
“Oh, Rendy. Bagaimana study tour-nya?” mama menyambut Kak Rendy lalu bertanya.
“Yah, lumayan, sih. Lumayan banyak yang masuk ke otak” jawab Kak Rendy. “Oh, iya, Clarry di mana?” tanya Kak Rendy.
“Pasti di kamarnya. Mungkin lagi main game, nonton video, atau dengerin musik” jawab mama. Lalu, Kak Rendy ke kamarku, di mengetuk-ngetuk pintu kamarku.
Aku membuka pintu. “Kenapa?” tanyaku. Padahal, aku tahu jawabannya, pasti dia bilang “nih, buku buat kamu”.
“Nih, buku buat kamu” jawab Kak Rendy. Tuh, kan, betul, pasti itu, itu, dan itu jawabannya. Huh, bosen!
“Yaudah, makasih. Lain kali jangan itu oleh-olehnya. Tuh, liat, buku yang kakak kasih udah seabrek-abrek begitu” kataku.
“Yaudah, kakak usahain, deh” balas Kak Rendy. Ih, dasar kutu buku!
---------------------------
Di kelas, “Ra, nih, aku bawa buku baru, mau baca nggak?” tanyaku kepada Tara, anak yang sangat suka buku.
“Boleh juga, tuh. Dari kakakmu lagi, ya?” Tara balik bertanya.
“Ya, jelaslah” jawabku.
“Waw, bukunya bagus banget” puji Tara.
“Hah? Kamu udah selasai bacanya!?” aku kaget.
“Bukan, Clarry. Kalo mau tau mana buku yang bagus, dibaca trailer-nya lah” kata Tara.
“Oh…” balasku. Padahal, aku nggak ngerti arti trailer itu apa.
“Aku pinjam, ya? Besok aku kembaliin, kok” izin Tara.
“Buat kamu aja” kataku.
“Nggak, ah. Soalnya isi bukunya bagus, coba kamu baca, baru kamu bisa kasih aku” balas Tara.
“Ugh, terserahlah” kataku lagi.
---------------------------
Hari ini hari yang sangat sangat sangat melelahkan. Mulai ekskul berenang, bola basket, menari, bimbel, melukis, alat musik, dan seabrek kegiatan yang lainnya. Mama! Papa! Aku juga manusia!
Langsung aku pergi ke kamar untuk tidur. Aku nggak nyangka, aku beraktivitas lebih lama daripada istirahat.
Aktivitas : 300 menit (sekolah) + 30 menit (berenang) + 45 menit (ekskul) + 60 menit (menari) + 60 menit (bimbel) + 65 menit (melukis) + 30 menit (ekskul alat musik) = 590 menit = 9 jam 40 menit. Sedangkan istirahat hanya 9 jam.
Aku melompat ke arah tempat tidurku hingga menimbulkan suara. Aku langsung terlelap.
###
Esoknya, di kelas, “Clare, ini bukuya” Tara mengembalikan bukuku. Clare sebetulnya nama panggilanku, tapi, teman-teman sering memanggilku dengan sebutan “Clarry”.
Sejarah, pelajaran yang sangat kubenci. Jika aku presiden di Negara ini, aku akan bilang “Murid-murid tidak perlu belajar tentang sejarah” dengan lantang dan tak ada yang bisa melawanku.
“Clarry, jangan ngobrol! Perhatikan saya!” guru sejarah menyebalkan berteriak kepadaku.
“Emang dia artis apa? Ngapain diliatin? Yang ada mata bisa kering” bisikku ke Tara.
“Ih, kamu, aku bilangin, lho” ledek Tara.
“Bilang aja sana, nggak masalah” kataku tanpa beban. Tara tidak jadi mengadu setelah aku bilang begitu.
###
Gyaaa! Nilai ulangan-ulangan harianku jelek banget! Paling tinggi hanya 85, paling jelek 55. Uwaaa! Apa yang terjadi?
“Clarry, kenapa nilai ulangan harianmu jelek?” tanya mama.
“Aku nggak tau. Aku udah coba jawab jawaban yang paling benar, tapi, tetep aja salah” jawabku.
“Makanya, buku-buku dari Rendy kamu baca. Semuanya Best Seller. Terus, banyak pelajaran sejarah. Jangan cuma cerita sama dongeng aja yang kamu baca” kata mama.
“Satupun buku belom aku baca. Aku nggak bisa belajar secara tertulis. Aku bisanya mempraktekinnya, ma. Udah pula, di sekolah prakteknya 3-4 minggu sekali. Gimana mau belajar?” balasku.
“Cobalah belajar secara lisan sama tertulis” kata mama.
“Ya, ya, ya” kataku.
“Kamu udah di-les-kan berbagai macam, masa nggak bisa?” tanya mama. “Yaudah kamu tidur aja” kata mama lagi.
“Kak Rendy mana, ma? Kok, nggak keliatan?” tanyaku.
“Dia pergi ke luar kota lagi. Balik minggu depan” jawab mama.
“Berangkat kapan?” tanyaku.
“Kemarin, sekitar jam 10.30” jawab mama.
Di kamar. Rasanya tidak ada cara meningkatkan nilai selain baca buku dari Kak Rendy. Sudahlah, baca saja. Aku mengambil buku yang pertama, berjudul “Sejarah-sejarah dari Berbagai Dunia”, aku hanya membaca kesimpulannya saja. Yang kedua berjudul “Siapa Bilang Matematika itu sulit? Ayo, Cari Tahu Cara Memecahkan Teka-teki dari Matematika” aku juga membaca kesimpulaannya saja. Hoahm, ngantuk banget. Ah, masih jam tujuh masa mau tidur?
Buku ketiga “Ilmu Pengetahuan Alam Lengkap (untuk semua umur), semuanya kesimpulan. Buku keempat berjudul “Learn English for Beginner”, waw sangat mudah dipahami.
Buku seterusnya berisi tentang pelajaran. Dan terakhir untuk refresh, novel berjudul “Tiara dan Lima Orang Pedagang” isinya tentang sebuah tiara yang diperebutkan lima pedagang. Kelima pedagang itu mengaku tiara itu miliknya. Semuanya mempunyai bukti yang berbeda tapi masuk akal. Ada sisipan cerpen-cerpen. Aku paling suka cerpennya yang berjudul “Kenapa Harus Padaku?”, yang menceritakan seorang gadis yang selalu sial jika melakukan apapun. Ceritanya sedih.
---------------------------
Esoknya, nilai ulangan harianku meningkat. Dari 85 menjadi 100, 55 menjadi 85, 70 menjadi 95, dan semuanya meningkat.
“Weshhh, abis makan apa, nih?” ledek Tara.
“Roti panggang, kayak biasa” jawabku.
“Kemarin kamu baca buku dari Kak Rendy, ya?” tanya Tara.
“Iya” jawabku. Sebetulnya aku agak malu ngomong gitu, soalnya aku, tuh, haters-nya buku.
“Tuh, kan, aku bilang juga apa. Buku-bukunya, tuh, bagus. Kamu nggak percaya” kata Tara.
Setelah sekolah, aku, dan Tara pergi ke bazar buku. Aku sibuk mencari buku sejarah, buku IPA, dan matematika, sedangkan Tara sibuk mencari buku musik, buku bahasa Jawa, dan novel.
Akhirnya, aku menghabiskan uang Rp12.000,00, dan Tara 13.000 (sebetulnya, aku sudah berusaha habis-habisan menawar. Tadinya buku matematika harganya Rp7.000,00. setelah di tawar menjadi Rp4.000,00.)
Di kamarn, aku membandingkan isi buku yang baru kubeli sendiri dengan buku pemberian Kak Rendy.
Sedangkan Tara, dia sibuk memainkan berbagai musik dari buku musik yang di belinya tadi. Dia memainkan gitar, organ, dan suling.
Sepertinya aku mulai menyukai buku. Tapi, aku nggak mau jadi kutu buku. Nanti aku nempel terus sama buku kayak Tara.
Di ruang tv, “Mama ikut nonton, donk” kata mama.
“Ih, mama ini, kan, acara anak-anak” larangku.
“Nggak apa-apa, donk” kata mama. “Nanti kak Rendy pulang” sambung mama.
“Lho, bukannya 3 hari lagi?” tanyaku.
“Karena tugasnya sudah selesai total, Kak Rendy dan kelompoknya boleh balik” jawab mama.
“Aku balik!” seru Kak Rendy.
“Ah, kak, makasih, ya buku-bukunya. Keren semua. Sekarang bawa buku apa?” kataku.
“Ummm, waktu itu kamu bilang minta barang yang lain selain buku. Jadi, kakak bawain boneka teddy bear” balas kakak. Aku teringat perkataanku. Waktu itu aku masih benci buku.
“Oh, iya. Tapi, sekarang aku udah suka buku. Aku lupa nelpon kakak, soalnya aku tau setiap kakak pulang pasti bawa buku baru” kataku.
“Yaudah, kapan-kapan, ya?” tawar Kak Rendy.
“OK!” kataku keras.
Lalu, aku ke kamar untuk tidur. Mumpung libur, hehe.
---------------------------
Kembali ke sekolah hari ini. Di kelas, “Clare, Kak Rendy, tuh, menurut kamu baik nggak?” tanya Tara.
“Umm, baik, kok. Dia tetap kasih aku buku-buku walau aku benci buku dulu” jawabku.
“Kamu harusnya, tuh, bangga” kata Tara.
“Aku memang bangga dari dulu” balasku.
---------------------------
Akhirnya, aku, Tara, dan Kak Rendy menjadi sering jalan mencari buku-buku. Kak Rendy memberitahuku mana buku yang bagus dan tidak. Kamarku menjdi penuh buku. Walaupun penuh buku, kamarku rapi dan bersih.
Mama memberikan rak buku baru. Semua buku kutaruh di situ, kecuali buku sekolah. Rak bukunya cukup besar. Ya, sekitar 1, 75 meter-an lah panjangnya, lebarnya sekitar 1, 5 meter-an. Baru terpakai sekitar 60%-an.
Waw, I love books! ♥ ♥ ♥

Tiga Kata Ajaib Kak Etha

by Alna Livia Fanneza

Rili pulang tanpa memberi salam.Seragamnyapun tidak langsung dibuka.Sepatunya dilempar jauh entah kemana.Wajahnya cemberut ntah kenapa.Ia menutup kamarnya dengan keras.
“Kalau Bunda masih ada aku tak akan seperti ini,”gumamnya dalam hati sampai terseguk – seguk karena menangis,”Ya,Allah mengapa kau ambil Bundaku.Apa kau tak sayang padaku.Kini kubutuh Bunda.Kembalikan Bunda,”katanya sambil terisak.
Tiba – tiba ada yang mengetuk pintu Kamarnya.
“Siapa?”kata Rili.
“Ini Kak Etha.Ayo,buka dong!”kata kak Etha.
“Kenapa?”katanya.
“Ya,ampun.Menangis lagi.Sudah jangan diingat lagi.Bunda sudah tenang di sana.Apa Rili mau Bunda sedih disana?Bunda gak tenang di sana kalau Rili menangis terus,”nasihat Kak Etha.
“Kak,kalau gak ada Bunda sepi sekali.Setiap aku ada masalah Bunda selalu memberiku jalan keluar.Bunda cepat sekali pergi,”kata Rili terisak.
“Kakak juga sedih.Tapi kalau Rili mau Bunda bahagia,Rili berdoa pada Allah semoga Allah memberi Surga untuk Bunda,”kata Kak Etha haru,”Sudahlah,ada masalah apa Rili?”kata Kak Etha sambil membelai rambut Rili.
Rili merasakan kehangatan yang sama seperti ia sama seperti Bunda dulu.Ia menatap mata Kak Etha yang penuh kebijaksanaan sama seperti Bunda.Ia memeluk Kak Etha dan berbicara,”Kak,Rili tak ada teman.Semua orang menjauhi Rili.Termasuk Tia dan Lia.Bahkan ia berteman dengan Meysa yang selalu jahat padak Rili.Tidak seperti Kak Etha yang punya banyak teman.”
“Oh,begitu.Kalau begitu Rili ganti pakaian dan makan.Kakak sudah siapkan makanan kesukaan Rili.Setelah itu Rili tidur.Tidur membuat Rili merasa lebih tenang.Kakak akan beri jalan keluar,”kata Kak Etha.
Ia langsung melaksanakannya.Karena perintah Kak Etha itu mesti dilaksanakan karena benar.Itu kata Bunda.
Rili mengganti bajunya dengan kaos pink pemberian Bunda dan celana panjang.Ia menuju meja makan dan memakan Sup Hangat yang enak..Setelah itu dia salat Zhuhur dan berdoa kepada Allah.Setelah itu Rili tertidur.
“Assalamualaikum?”kata Tia dan Lia.
“Walaikumsallam.Oh,Tia dan Lia silahkan duduk!”ajak Kak Etha.
“Kak Etha,kami mau bicara tentang Rili,”kata Lia memulai.
“Sekarang Rili agak berubah.Sifatnya udah semakin parah.Banyak anak yang menjauhinya karena sikap sensitifnya dan suka memerintah.Apalagi dia egois banget sekarang.Dia gak mau minta maaf duluan.Pasti kami terus yang minta maaf.Padahal dia yang bersalah.Kami takutnya dia makin besar kepala.Kami memusuhinya agar dia berubah dan intropeksi diri,”kata Tia.
“Tapi sebenernya kami udah maafin dia kok !”kata Tia lagi.
“Lalu kalau dia memerintah gak bilang Tolong atau Terimakasih.Kami jadi jengkel.Padahalkan jika memerintah harus bilang Tolong atau Terimakasih .Agar orang yang di perintah merasa dihormati,”tambah Lia.
“Baik,kakak akan urus semua!”kata Kak Etha.Kemudian mereka pamit pulang.
“Kakak,”panggil Rili dari dalam kamar.
“Iya,”kata kak Etha segera beranjak dari tempat duduknya.
“Bagaimana kak ?”kata Rili.
“Kakak punya solusinya.Jika Rili mau minta tolong Rili sebaiknya mengucapkan kata tolongcontohnya Rili ingin kakak mengambilkan minum.Nah coba Rili bilang seperti ini ‘Kak,tolong ambilkan Rili minum’,”kata Kak Etha.
“Memangnya kenapa , Kak ?”
“Agar orang yang Rili suruh merasa terhormat,”jelas kak Etha.
Rili hanya mengangguk.
“Lalu,setelah minumnya sudah diambil Rili harusnya mengucapkan terimakasih.Contohnya ‘Makasih ya kak minumnya’.Kenapa kita harus lakukan itu ?”tanya kak Etha.
Rili hanya terdiam.
“Agar orang yang Rili suruh merasa dihargai.”
“Selanjutnya?”
“Rili merasa pernah buat salah sama seseorang?”tanya Kak Etha.
Rili terkejut lalu menundukkan wajahnya.
“Gak apa-apa kok!Semua manusia pasti punya salah.Hanya kita orang yang bersalah harus minta Maaf.Jika Rili marah sama Kak Etha kak Etha harus minta maaf.”
Rili begitu serius mendengarnya.
“Kak Etha,gimana kalau Rili gak salah ?”
“Ya,Rili harus minta maaf duluan.”
“Ya,gak bisa dong kak Rili kan gak salah.”
“Coba deh Rili introopeksi diri kenapa sampai orang itu nyakitin Rili.Ya,mungkin Rili juga pernah nyakitin dia.Hukum Karma pasti terjadi.”
“Kenapa harus begitu?”
“Kan agama kita juga mengatakan lebih baik kita minta maaf duluan dari pada kita bermusuhan selama 3 hari.Itu dosa,kan.Lebih baik kita minta maaf lebih dulu agar mendapat pahala daripada bermusuhan 3 hari dan akhirnya dapat dosa,”jelas Kak Etha dengan senyumnya.
“Maaf itu mudah kita katakan begitu juga dengan kata Tolong dan Terimakasih.Kakak harap Rili bisa melakukan apa yang kakak tadi katakan.Kakak yakin semua permasalahan,”kata Kak Etha.
“Kakak,”kata Rili dengan mata yang berkaca-kaca,”Makasih Kakak,”katanya lagi sambil memeluk Kakaknya.
“Kakak yakin Bunda seneng akhirnya kamu kayak gini,”kata Kak Etha dalam hati yang ikut nangis juga.
Malam itu Rili sudah mulai berubah.Ia lakoni semua kata – kata Kakaknya tadi.
“Nah,ini baru anak ayah,”kata Ayah Rili sambil mengacak – acak rambut Rili yang sedang membuat kopi.
“Awas ,lo kopinya keasinan,”goda Ayah Rili.
“Ihh,ayah ini.Rili kasih betulan nanti,”kata Rili.
“Iya iya,yang bener bikinnya,”kata Ayah lagi.Kak Etha hanya cekikikan.Sedang Rili hanya pura – pura cemberut padahal ia begitu gembira.
Selesai membuat kopi,Rilipun tertidur dipangkuan Kak Etha.Kak Etha bermaksud memindahkan Rili kedalam kamar.
“Kamu tidur sama Rili aja ya !”kata Ayah.
“Iya,yah,”kata Kak Etha.
“Makasih udah bantuin Ayah ngubah hidup Rili sebagai petuah Bunda,”kata Ayah.
“Iya,yah,”kata Kak Etha.
“Setelah Kak Etha tertidur Rilipun bangun.Ohohoho ia tidur pura-pura.Ia mengecup kening Kak Etha dan berkata,”Makasih kak,udah jadi pengganti Bunda.”katanya lalu tidur beneran.
Kak Etha pipinya penuh air mata mendengar bisikan Rili itu.
Besoknya ia sudah rapi dengan seragamnya.Ia segera berangkat sekolah.Sesampainya mereka semua udah berkumpul dikelas dan siap-siap jauhin Rili.
“Rili mau ngomong sama kalian.Tapi Rili harap kalian gak lebih marah sama Rili.Rili mau Minta Maaf sama kalian,”kat Rili.Spontan semuanya terkejut dengan kata-kata Rili.
“Rili mau minta maaf atas semua kesalahan yang Rili perbuat,”kata Rili sambil berteriak menangis.
“Rili,”kata Tia dan Lia.
“Kami disini Rili,Kami udah maafin kamu kok.Kami berfikir inilah cara yang terbaik buat kamu berubah.Kami semua saying kamu.”
Akhirnya mereka semua berpelukan.
Meysa datang.
“Heh lagi pada ngapain nih?O.M.G sama anak ini lagi.Oh tidak lah yaw.Gak level,deh !Eh Tia sama Lia ngapain pelukan sama pecundang kayak dia.Najis deh!Yuk kita pergi ku traktir kalian deh !”dengan gaya centilnya.
“Aduh,Meysa kumat.Obatnya abis kali !”kata Nugroho diakhiri dengan tawa yang lain.
“Apa katamu ?”kata Meysa.
“Lalu kenapa kalian kawanin aku ?”
Lalu Bobby menjawab,”Karena ingin traktiran kamu!”
“Ihh,jijay aku !”kata Meysa.
“Eh,kamu kok bisa berubah gitu sih ?”kata Nadira.
“Karena Tiga Kata Ajaib Kak Etha,”kata Rili bangga.
“Hah ?

-Selesai-

Diary Bulan

by Belyana

Pada waktu pelajaran Bahasa Indonesia Bulan disuruh menceritakan Barang yang disukainya. Bulanpun langsung maju dan menceritakannya..
"Aduh, mama lama banget ya ke toko bukunya!" kata Bulan sambil baca buku. "Sudah 2 jam ini mama belum pulang. Huft, kata mamakan cuma beli buku tulis buat Bulan saja tapi kok lama ya?" bingung Bulan. Tiba-tiba, Kriingg !! bunyi bell terdengar Bulan langsung membukakan pintu, dan ternyata mamapun datang. "Halo ma, kok mama lama sekali ke toko bukunya?" tanya Bulan sambil langsung memeluk mamanya. "Maaf ya sayang mama agak lama, soalnya tadi mama ke rumah temen mama dulu." jawab mama. Bulan langsung membuka kantong plastik yang berisi buku. "Mama ini buku apa?" tanya Bulan sambil memegang buku itu. "Itu buku diary sayang, mama mau kau membuat diary" jawab mama. "Diary itu apa?" bingung Bulan. "Diary itu cerita tentang peristiwa kita di kehidupan sehari-hari tapi Diary harus di tulis di buku dan lagi tidak boleh di lihat oleh orang lain karena itu rahasia" jelas mama. "Ohh gitu" polos Bulan. Bulan langsung cepat-cepat ke kamar dan dia ingin menulis peristiwanya hari ini di buku Diarynya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Minggu, 23 mei 2008

Hari ini aku senang sekali karena aku dibelikan buku Diary oleh mama. Tapi aku mengunggu mama lama sekali dari toko buku, karena mama sekalian ke rumah temannya. Tapi aku tetap senang soalnya di berikan buku yang cantik ini hehe. Besok ulangan, tapi aku malas sekali belajar kalau tidak belajar nanti nilaiku tidak bagus. Oh ya, aku baru ingat aku mempunyai dua sahabat baru namanya Sisil dan May. Mereka baik sekali kepadaku. Mereka sudah menolongku di sekolah saat aku terjatuh loh!!. Papaku masih di London karena papa ada urusan kerja. Papaku seorang kapten, papaku sangat baik, tampan, selalu membuatku senang. Mamaku ibu RT (Rumah Tangga), mamaku juga sangat baik, pintar memasak, cantik, dan mamaku selalu mengasihkanku barang yang bagus seperti buku Diary ini. Aku tidak mempunyai kakak, tapi aku tetap senang walaupun aku tidak mempunyai kakak. Setiap hari aku selalu main sama Bunnyku, oh ya Bunny itu nama boneka kelinciku yang sangat lucu hehe dan aku juga setiap hari membaca buku komik.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Isi Diary Bulan. Bulan senang sekali mempunyai Diary barunya, setiap hari dia menulis peristiwanya dan teman-temannya di buku Diarynya. Sudah seminggu Bulang menulis peristiwanya dan teman-temannya di buku Diary, Bulan juga membawa buku Diarynya ke sekolahnya. Sekarang Bulang menganggap buku Diarynya adalah teman barunya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Senin, 31 mei 2008

Duhh hari ini nggak enak banget, soalnya tadi aku basah kena air huh !! Aku di tertawakan temanku karena aku basah, tapi masih ada orang yang baik hati ingin menolongku mengeringkan rok sekolahku yang basah namanya Nicole. Nicole cewek yang paling cool di sekolahku gayanya yang jutek sehingga orang-orang di sekolahku bilang dia cool, tapi dia baik hati. Nicole selalu dianggap sombong tetapi Nicole hanya gadis biasa seperti aku. Sekarangpun aku menganggap Nicole temanku. Aku sangat senang sekali karena punya banyak teman, aku punya banyak teman ada yang dari sekolah di rumah dan lain-lain. Temanku yang baik hati juga ada loh namanya Veroline, dia orang yang baik, kaya tapi gayanya sederhana, dia suka ngelawak haha sehingga aku sering tertawa karena dia. Menurutku Nicole dan Veroline temanku yang istimewa!! hehe .. mereka juga mau kok berteman denganku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulis Bulan di buku Diarynya. Buku Diary Bulan habis, Bulan mengajak mamanya untuk membeli Diary baru. Mama dan Bulan pergi ke Gramedia. "Ma, bagus nggak buku yang ini?" tanya Bulan sambil menunjukkan Buku Diary itu. "Bagus kok, kenapa kamu mau yang ini?" jawab mama. "Ia ma, boleh ya" rayu Bulan. Mama hanya mengangguk saja sambil tersenyum. Selesai sudah membeli buku Diarynya. Setelah sampai Bulan langsung menulis buku Diary itu.

Begitulah cerita Bulan tentang barang kesukaannya. semua anak-anak menepuk tangan bu gurupun juga menepuk tangan. Sekarang Bulan menganggap buku Diary itu bukan temannya tapi Soulmatenya.

Kesombongan Itu Tidak Ada Gunanya

by Prima Nikita

Perkenalkan namaku Viola Anjaini. Tapi, panggil saja aku Ola. Aku sekarang masih duduk dibangku SD kelas 6. Aku sekolah di sekolah Internasional School. Namanya juga aku orang kaya dan pintar,secara gitu.. nggak boleh yg MURAHAN semuanya harus Internasional. Kedua orang tuaku bekerja disuatu Perusahaan di Luar Negeri yg sangat terkenal. Karna pekerjaan kedua orang tuaku terletak sangat jauh aku sering ditinggal dirumah sendirian. Nggak sendirian sih, ada satu orang pembantu yang di KHUSUS kan untuk menjagaku.
Tapi, aku tetap merasa kesepian karna aku pun tidak mempunyai saudara lainnya seperti kakak atau adik.

Sekarang aku lagi berada di taman di Apartemen milik om ku yang bernama Om Firdi. Aku senang bermain di taman Apartemennya karna tamannya ditata dengan rapi dan menarik. Disana juga aku selalu ditemani dengan anaknya Om Firdi yaitu sepupuku yg bernama Saras. Dia sangat baik padaku. Aku dan Saras sama sekolahnya jadi setiap hari kami bertemu. Bedanya dia masih kelas 4 SD sedangkan aku kan kelas 6. Aku juga mempunyai Sahabat yaitu Melody dan Hariz. Mereka sangat baik padaku. Dan aku juga mempunyai MUSUH disekolahku yaitu Zeny. Zeny anak yg paling aku benci disekolah karna dia itu orangnya SOK BAIKKKKK!!! Aku paling ngga suka orang kayak gitu! Uhh.... MENYEBALKAN! Menyebalkan sekali!
Besok aku akan Sekolah, jadi aku harus pulang kerumah sekarang.

Keesokan harinya.........
" Bangun Non, sudah saatnya mandi nanti kamu terlambat lagi" kata pembantuku yg kupanggil Bi' Isah membangunkanku karna aku kesiangan
" Hoammm...... jam berapa sih Bi??" tanyaku heran karna sepertinya Bibi membangunkanku pagi sekali
" Jam 7 Non, ayo cepat bangun non nti Non terlambat! Ayo, non!"
" HAH??? JAM 7??????? Bibi yang bener dikit napa!"
" Iya non, kalau non ngga percaya lihat aja jamnya!"
Aku pun segera melihat jam
HAH?? Waduhhh gawat! Apa yang dikatakan Bibi benar ternyata sudah jam 7, 15 menit lgi aku masuk! Waduhh,, gimana ini?? Aku harus cepat cepat!
Aku mandi cuma 2 menit berpakaian pun aku terpaksa enggak rapi sampai pakai kaos kaki pun satu pendek satu panjang. Bedak dimukaku pun comang caming. Namanya jg waktunya mepet gimana coba?
Setelah semuanya selesai aku langsung naik ke Mobil tanpa membawa bekal dan uang jajan. Waduhh, kacau! Aku nga makan dan nga jajan deh! Aduhhh!

Sesampainya di sekolah.......
semua orang menertawakanku, bahkan sahabatku-pun juga menertawakanku. Uhhggg......., sebelnya!!!
Salah satu sahabatku yaitu Hariz mengejekku dengan kata kata sperti ini.
" Hahahahaha........ teman teman coba sini deh.. ada Seorang anak orang kaya yg berubah menjadi Ondel ondel! Hahahaahhah............."
Pada saat Hariz mengatakan itu aku sangat sedih banget dan langsung berlari ke kamar mandi. Nah, pada waktu dikamar mandi aku jumpa pula sama Musuhku yaitu Zeny. Uhhgggg............ mukaku tambah padam saja!!!! Aku benci sekali dengan Zeny!!! Dia berkata:
" Sini aku bantu merapikan ..." katanya
" Udah nga usah deh, nga usah sok baik deh kamu sana sana pergi!!!" kataku tak mau melihatnya amit amit lihat dy
" Kenapa kamu sombong begitu??? Ayo, sini dari pada kamu nanti diketawain mereka lagi?? Kamu mau diketawain??" kata Zeny
" Apaan sih? Sana sana aku alergi lihat kamu! Sudah sok baik, sok pintar, sok kaya lagi! Asal kamu tau aja ya kamu tak akan pernah bisa menandingi KEKAYAANKU!!" jawabku marah karna aku tak suka melihat anak sok kaya dan sok baik itu
" Apa??? Tak bisa menandingi KEKAYAANMU?? Apa maksudmu Ola?" katanya dengan suara yg lembut
" Maksudku iya MAKSUDKU!!!! Kamu orang kaya kan bahkan kamu sudah punya 3 APARTEMEN!!! Dan orang tua kamu jabatannya diatas orang tuaku kan????"
" Maksudmu apa Ola?? Maksudmu kamu iri dengan aku ya??? Karna aku anak baru disekolah ini dan aku juga telah menandingi KEKAYAANMU?? Dan sekarang bukan kamu lagi orang paling KAYA di sekolah ini gitu???" kata Zeny dengan sedih
" Iyaaaaaaaaaaaaaaa..................................!!! PUAS KAMU??? HAH kamu sudah PUAS telah menandingi kekayaanku???" kataku dengan suara yg keras
" Ola selama ini rupanya kamu membenciku hanya gara gara aku telah menandingi KEKAYAANMU itu?? Ola, aku itu nga ngerasa aku yang paling kaya disekolah ini! Aku juga nga mau sombong walaupun memang aku yang menjadi anak yang paling Kaya disekolah ini! Buat apa sombong?? Kesombongan itu nga ada gunanya???!" katanya dengan sopan
" Jadi kamu nga ngerasa klo kmu yg pling kaya disekolah ini?? Tapi, kamu kan anak orang kaya dan hebat! Semestinya kamu itu harus sepertiku! Kamu ini kampungan banget deh!" kata kataku yg tak sopan
" Aku nga ngerasa kampungan jg! Aku tuh ngerasa semua orang itu sama saja mau dia Miskin Kaya toh sama juga kan kita semua sama sama manusia! Jangan sombonglah Ola kalaau kita sudah menjadi orang kaya semestinya kita itu harus bersyukur kepada Tuhan karna telah diberi kekayaan! Kesombongan itu nga ada gunanya! Jadi, ayolah kamu berubah ya menjadi Ola yg baru! Ok?" katanya dengan baik
Aku pikir pikir yang dikatakan oleh Zeny itu benar jg! Buat apa kita Menyombongkan Kekayaan smesetinya kita patut bersyukur karna telah diberi kekayaan oleh yang maha Kuasa. Aku pun berkata
" Maafkan aku ya Zeny, ternyata selama ini aku salah menilai kamu! Aku pikir kamu itu sok baik ternyata hati kamu itu memang baik! Terimakasih ya kamu sudah menyadarkanku! Selama ini aku selalu menyombongkan kekayaanku tetapi benar katamu Kesombongan itu nga ada gunanya. Semestinya kita patut bersyukur karna telah diberi Kekayaan. Mulai sekarang aku tak mau lagi sombong! Aku ingin sepertimu! Menjadi orang kaya yang baik hati! Dan aku juga mau berubah sekarang aku menjadi Ola yg baru! Aku ga mo lgi menjadi Ola yg lama yg sombong dan jahat! Aku ingin Ola yg baru sepertimu baik hati dan selalu bersyukur kepada yg kuasa dan yg sangat penting tidak sombong!" kataku sambil meneteskan air mata karna selama ini ruapaya aku telah salah
" Jangan menangis Ola yg baru, tak perlu kita menangisi kesalahan kita yang terpenting kita itu harus berubah menjadi lebih baik! Oke?"
" Oke!"
Aku menggandeng tangannya menuju kelas sekarang aku sudah menjadi Ola yg baru yg baik hati dan tidak sombong aku senang sekali dan ingatlah wahai teman teman semua KESOMBONGAN ITU TIDAK ADA GUNANYA

SELESAI

Namaku Puriding Ambar

by Ryzkianty Anty Annis Nurdin

Di sebuah desa, ada sebuah keluarga sederhana yaitu Pak Gading, Bu Anpu dan seorang anak yang cerdas dan rajin, Puriding Ambar. Setiap hari Puri selalu saja ada prestasi sekolah di desanya itu, entah mendapat niilai paling bagus, siswa teladan, dan lainnya. Walau begitu, Puri tetap membantu ibu dan ayahnya dengan mencari rumput sesudah pulang sekolah. Ia sangat disenangi oleh teman-temannya karena ia adalah anak yang sangat baik dan ramah kepada siapapun.

Hingga suatu haripun, Puri dipanggil dan disuruh menghadap kepala sekolah, tak tau sbabnya. 'haduhh.. knp ya? aku takut nih', ujarnya. Dan ternyata, setelah setengah jam Puri di ruang kepsek, Puri mendapat beasiswa bersekolah di kota. Wah senangnya hati seorang Puriding Ambar ini. Ia pun segera pulang dan memberi tau ayah dan ibundanya.

''Ayah.. ibu!! Puri dapat beasiswa yah, bu. beasiswa bersekolah di kota
ini! wah yah, mulai minggu depan kita berarti pindah ke kota dong yah, bu!",kata Puri dengan wajah senangnya.

"wah anak ibu pinter banget ya! dapat beasiswa nih.. oke kita pindah
besok
deh puri!!", ujar ibu yang mendukung Puri.


Seminggu kemudian

Hari ini adalah hari pertama Puri bersekolah di kota. Dengan tampang semangat Puri pun ke sekolah diantar ibunya dengan sepeda. Di perjalanan, Puri mengoceh saja, "bu, kalau aku sekolah di sana , pasti orangnya baik-baik bu! dan pasti..". dan ocehannya pun berhenti oleh sebuah bangunan kokoh yang baru pertama kali Puri lihat. "Bu, lihat bangunannya deh bu keren ya bu.. Apa sih itu bu? dan kenapa kita brhenti di sini?", kata Puri. "Ini sekolahmu, nak", ujar ibu. begitu mendengar kata-kata ibu, Puri langsung berlari ke dalam sekolah itu. Saking senangnya ia segera masuk ke salah satu kelas yang paling ia sukai. Tapi saat ia segera masuk ke kelas itu, ada seorang guru yang menghalangi Puri. Guru itu sepertinya tampak judes melihat Puri. Lalu guru itupun berjalan ke ruang guru. Saat Puri segera memasuki kelas itu, terdengar suara "hei, kamu takut ya dengan guru itu? guru itu memang paling galak dan judes di sekolah ini..Ya jelas, Bu Bellina gitu lho! Kamu anak baru yang pintar itu kan, sini ikut aku! aku sekelas denganmu..", ujar seorang gadis kecil dari belakang. Lalu Puri pun mengikutinya.

Setelah memasuki kelas..

"Anak-anak.. Kita mempunyai teman baru, namanya Puri. Ia dari desa dan ia mendapatkan beasiswa di sekolah ini. Pur, coba kamu kenalkan biodata lengkapmu agar mereka mengetahui!", jelas Bu guru yang kerap disapa bu Tita ini. "Teman-teman nama saya Puriding Ambar, kalian bisa..", Suara Puri pun terhenti oleh suara yg sepertinya mengejek Puri. " Haahh?? Namanya Puding? hahaha puding, puding, masa namanya Puding?? Jelek banget, ihh... hahahaha!! iya kan teman-teman?", teriak seorang anak lelaki yang gendut dan terlihat kesombongannya. Murid-murid lain pun ikut tertawa. "heii!!! Bimo, ga boleh gitu! dia itu teman kita, duduk Bimo! yasudah Puri kamu duduk di bangku yang kosong", Suruh Bu Tita. Dan ternyata bangku yang kosong itu bangku sebelah Bimo duduk. Puri pun duduk di sebelah Bimo dengan lugunya.

Pelajaran pertama pun dimulai. Pelajaran pertama saja, Bimo sudah membuat ulah yaitu tidur di kelas. Puri pun menasihatinya "eh.. maaf, bukannya aku mau ganggu, tapi kenapa kamu tidur di kelas? ga boleh kan di tata tertib..". Bimo pun mengabaikan dan malah mengecilkan Puri dengan suara kencang "hei! kamu tuh jangan sok tau! anak baru aja blagu.. udah ah.. ngantuk tau!!" Puri hanya terdiam tak bisa berbicara lagi. "yah.. kok orang-orang kota begini ya sama aku?", ucap Puri dalam hati. Puri pun melanjutkan soal di bukunya.

Pelajaran kedua adalah pelajaran menggambar yang diajarkan oleh Pak Tono. "anak-anak, sekarang waktunya pelajaran menggambar. Tema kali ini adalah makanan kesukaan. Jadi gambar makanan itu sambil membayangkannya!", jelas Pak Tono. "Pak, pasti si Puding itu gambar Puding deh. Sama kayak namanya. hahahaaha!", teriak Bimo dengan kencangnya. "huss.. Bimo gak boleh begitu, dia ini kan anak baru ga boleh dihina-hina!", Ucap Pak Tono. Bimo pun duduk dengan tawaan yang selalu menertawai nama seorang Puriding Ambar. Saat Puri sedang asyik menggambar, "hei! kok kamu gambar pecel sih? kampungan banget! udah namanya Puriding, makanannya kampungan, beuhh.. betapa kampungnya, apalagi nama PUDING itu. hahahaha! jelek sekali", oceh Bimo. Puri pun hanya diam tanpa kata. Dan Bimo mengoceh lagi, "eh.. harusnya kamu tuh gambar Puding. Sesuai dengan namamu, PUDING. tapi pudingnya yang kampungan, ga boleh puding hotel. Dasar Puding yang jelek dan kampungan! hahahaha!". "sabar, sabar..", ucap Puri dalam hati.

"kriiiiing..!!!!!!" bel istirahatpun berbunyi. Murid-murid kelas Puri pun berlarian keluar kelas ingin istirahat. Puri pun mengikuti murid-murid lainnya. Saat Puri ke kantin, Bimo pun beraksi ingin mencoret-coret gambar bagus Puri. Bimo mencoret-coret gambar Puri dan membuat gambar Puding di kertas Puri. Istirahat selesai. Puri terkejut melihat gambar pecelnya itu menjadi gambar coret-coretan dan berbentuk puding. "Anak-anak kumpulkan gambarnya!!" terdengar suara Pak Tono menyuruh anak-anaknya mengumpulkan gambar. Puri pun pani dan "Pak Tono!! lihat deh.. tuh si Puding gambar puding kan pak? kampungan lagi pudingnya, gambarnya jelek. ihhh... ga banget deh, dasar PUDING!!", ejek Bimo. Lalu Pak Tono datang, "Puri apa benar yang dibiilang Bimo? kamu menggambar puding?", tanya Pak Tono. Puri pun lari sambil menangis, tidak tahan diejek selalu oleh Bimo.

setelah sampai rumah

"Puri kenapa pulangnya cepat sekali?", tanya ibu. "engga, bu.. Gurunya rapat.", jawab Puri dengan berbohong. "oh..ya sudah.", ucap ibu. "ehh... bu,..ga jadi deh..", ucap Puri sedikit gugup. "knp, pur?",tanya ibu. "Gini bu, ga jadi deh..", ucap Puri. Ibu pun membiarkan Puri berkata apa saja.

"Kukuruyuuk.. yuuk, yuuk..", terdengar suara ayam berkokok yang menandakan hari sudah pagi. Puri pun dibangunkan oleh ibunya karena ia tidak bangun2. Puri pun bangun dan menceritakan semuanya. "bu, kenapa namaku harus Puriding Ambar sih bu? aku malu bu punya nama seperti itu.. Aku selalu diejek dan diberi inisial si Puding. Apalagi Bimo, sebelahku. Baru aku sehari disana udah diejek-ejek bu! Aku males bu", protes Puri. "eh.. Puri gak boleh gitu, biarin aja si Bimo ngejek kamu.Kan nama itu ada artinya, Puriding Ambar. Pu dari kata anPU, nama ibu. Ri dari kata Republik Indonesia yang berarti ibu ingin kamu mengharumkan nama Republik Indonesia, Ding dari kata gaDING, nama ayahmu. Dan Ambar dari nama keluarga kita.. Bukannya bagus nama itu? sudah.. kalau kau tak mau sekolah hari ini tak apa. Ada teman ayah yang datang tuh.. Ayo ke ruang tamu", ujar ibu.

"Puri, kenalkan ini teman ayah SMA dulu. Dia itu seniman terkenal lho! namanya om Ribut..", ajak ayah. "yah, apa benar namanya om Ribut? aneh banget namanya?", bisik Puri. "ssttt... tapi kan dia seniman terkenal, Puri..", bisik ayah. "om apa benar nama om adalah om Ribut? om malu gak punya nama seperti itu?", tanya Puri. "Engga lah! nama itu kan punya arti. Om sangat bangga mempunyai nama Ribut.. bangga sekali!! namamu siapa nak?, ujar Om Ribut. "Namaku Puriding Ambar. Jelek ga sih namaku? aku sering diejek sama temen soalnya..", jawab Puri. "Wah nama yang cantik. Temanmu yang mengejek itu hanya iri padamu. Biarkan saja dia! dan buat ejekan itu menjadi pacuan untuk tetap tegar dan semangat. Oke, Puri", Kata Om Ribut yang sedang menyemangati Puri. "Oke om. Tos dong!", ujar Puri dengan tangan tos dengan Om Ribut.

esok harinya,,,....

"eh si Puding dateng. Ngapain dateng ke sini? harusnya ke restoran sana sama agar-agar!", ejek Bimo saat Puri menuju ke kelas. Puri pun langsung berdiri di depan kelas dengan ucapan "AKU ADALAH MURID YANG GAK WAJIB DIEJEK-EJEK. APA SALAHKU BILA AKU BERNAMA PURIDING AMBAR. NAMA ITU PUNYA ARTI, JADI YANG BERANI NGEJEK NAMAKU, BERARTI BERURUSAN DENGANKU. SEKALI LAGI, NAMAKU PURIDING AMBAR!!!".. Puri pun ditepuk tangani oleh semuanya termasuk Bimo. Mulai sat itu, tidak ada yang berani mengejek namanya.



-selesai-

Ayah & Bunda (Pengorbanan Ayah dan Bunda)

by Afli Khiya Agni


Halo kenalan dulu ya sama aku,aku revika adelia,biasa dipanggil adel.Sifatku
riang,baik,sopan,pintar,dan paling jago sama yg namanya pelajaran matematika,kemaren aku UTS matematika aja dapat 96,30(tertinggi lo d kls).aku punya adik namanya Bunga Rama Aulia.
Sejak lahir dia sudah mengalami cacat,jantungnya tidak dapat bekerja dengan baik,kemungkinan dia bisa hidup hanya 30%,tetapi ada seorang sukarelawan yg amattttttttt baik.Ia mencangkok jantungnya kepada adikku.
Di detik-detik operasi sangat menegangkan.Kemungkinan hidupnya hanya ada d tangan takdir allah.
1jam….2jam…terus berlalu 3jam sudah operasi berlangsung.adikku yg bayi merah(baru lahir)menangis kencanggggggggggggggg sekali .
Subhanallllllllllllllllllllah ,allah memang maha pemurah dan amat baikkkk.dengan kekutannya, operasi berhasil dgn sukses.
*********
9 tahun kemudian….
Adikku bunga menjadi seorang anak perempuan yg cantik,shaleh,dan pintar (ikut kakaknya gitu…hehehe).dia amat sopan,kalau bunda sedang pergi ,adikku yg tercinta inilah yg menemaniku.dia sering mengajakku bermain ular tangga.sekarang umurnya sudah genap 5tahun,dia sekolah-TK islam az-zahra dekat-komplek-rumahku-.
Pada suatu hari…..
“’aduh aku-lupa-menjemput-bunga”kataku pada nina
“’aduh km ini bagaimana sih!!!!”balas nina
“’sekarang sudah jam lima lewat,aku lupa jemput dia di tempat penitipan sekolahnya”kataku-lagi
Aku berlari dan meninggalkan nina
“’eh kalau gitu aku jemput dia dulu aja yah’’kataku
Tempatnya tidak terlalu jauh kok,kan dekat dgn rumahku.setelah sampai aku langsung menuju tempat penitipan itu.kumencari bunda riana yg mengajar adikku.aku melihat disana adikku sendirian, menyendiri.dari belkang aku memeluk dia.matanya terlihat sembab.dia berkta
“’aku takut disini”
“’knp????,bunga”
“adik ditinggal tmn2,mereka semua sudah pada pulang…”
“’maaf kan kakak ya bunga,kk terlambat menjemputmu”
Sambil dia hanya menggangguk,tanpa kata.
Aku pun mengajaknya pulang,sesampai d rmh aku memasak air untk mandi aku dan bunga.maklum aku bersama mama hidup bertiga.ayah pergi.
Tinggalkan aku….
Tapi itu tak membuat ku berlarut-larut trus dlm kesedihan kelahiran adikku ini menggantikan kepergian ayah.
****
Tapi pada suatu hari….
Aku melihat bunda menangis.tangisnya pelan,sewaktu anak2nya sedang terlelap di malam yg sunyi.aku melihat dibalik pintu,ada celah sedikit.disana nampak bunda menangis terisak.aku langsung masuk tanpai ijin(bandel ya aku)
“’bunda knp,kok mata bunda terlihat berair,hayooo bunda habis nangis ya???!!”
“’loh km blm tidur”dgn cepat bunda menghapus bekas air matanya.
“’tadi aku baru saja ke toilet”
“’ya sudah,ayo tidur lg…sudah mlm nih!!!!,lihat tuh sudah jam setengah 11”
“’ayolah bunda,cerita sama aku mengapa bunda bersedih????”
“’hmmm”
“’ahhhh bunda”
“iya2”
Jd begini ceritanya…..
Ayah bukan meninggal karena kecelakaan tetapi………
Aduh berat bunda harus bercerita kepada km,del
Karena jantung ayah didonorkan kepada bunga,ayah tau km berharap sekali untk memiliki seoranmg adik perempuan
“hmmmm”
Jd ayah pergi tinggalkan kita untk melihat bunga dan km tersenyum.
“’apa?????????????!!!!!!!!!!!!!”
Pengorbanan ayah amat besar bunda…….,tetapi mengapa bunda berbohong padaku????
Aku berlari menangis ke kamar ku,perasaan ku campur aduk.amat sedih bila ingat kata2 bunda tadi…….
Tok…tok….tok
“’bunda???”
“mengapa adelia sedih???,bukankah bunda dan ayah sudah melakukan pengorbanan yg amat besarrrr”
Aku diam
“ini semua untukmu”
Bila kau tak suka maafkan bunda sayang
Bunda berlalu
Aku renungkan kata2 bunda berkali2 aku tersadar sekarang pengorbana seorang orang tua amat besar,walau itu sakit untk hatinya,tetapi yg terbaik untk anak2nya.


I love you
Ayah Bunda

Kasih sayang papaku terhadap mamaku

by Belyana


Waktu itu ramai penuh dengan suara penuh dengan nangis dan penuh khawatir . Ayahku yang khawatir kalau aku tidak terlahir, Nenekku yang menangis akan keadaan Ibuku, dan Kakakku menangis takut kehilangan aku dan ibuku . Beberapa jam kemudian lahirlah aku, semua dengan cepat berdiri dari kursi untuk melihat aku, semua sangat bahagia dengan aku lahir .


"Allhamdullilah, nenek punya cucuk lagi" kata nenek .
"Ia dan aku punya adek lagi" sahut kakakku Lily .
"Senangnya punya anak baru lagi" kata papa terharu

Tetapi dokter memberitahukan bahwa mamaku koma . Semua keluargaku sedih dengan pemberitahuan dokter , nenekku yang mendengar itu langsung pingsan .

"Astafirullah, nek .. nenek .. bangun nek .." panggil kakakku Lily .
"Masya Allah, ibu bangun ibu .. masa kami sudah mendengar kabar buruk ditambah kabar buruk lagi ?? Dokter bawa periksa ibu saya dokter !!" kata papa sambil menangis .
Suasana disana sangat sedih .. nenekku yang tidak tahan mendengar bahwa mamaku koma langsung pingsan, papaku yang khawatir nenekku dan aku, begitupula kk aku .

1 Tahun pun berlalu, akupun semakin besar, Mamaku masih koma, setiap hari aku,kakakku, dan papaku menjenguk ke rumah sakit . Papaku dengan setia membaca buku kesukaan mamaku dan menceritakan kehidupan sehari-harinya .

"Ma .. tadi papa bisa loh mengerjakan proyek baru yang susah ,, mama pasti senang . Dan papa juga sudah bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri setelah tidak ada bibi" kata papa sambil berbisik di telinga mama .

Setiap hari papa selalu membersikan mama dengan air . Pelan-pelan ia bersihkan , agar wajah mamaku cantik kembali .

5 tahun berlalu , papaku tetap setia dengan mamaku . Seperti biasa setelah dia pulang kerja dan menyiapkan makanan untuk aku dan kakakku, dia langsung ke rumah sakit .
"Sore pak" sapa suster .
"Sore suster" sahut papa .
Sampai sudah papa di kamar mamaku, dia langsung menaru jaket di kursi dan duduk . Dia membersihkan mamaku, menceritakan hal-hal yang di sukai mamaku . Sudah jam 9 papaku langsung pulang . Papaku dengan lembut menium kening mamaku dengan lembut dan penuh kasih sayang . Keesokan harinya , papaku tidak kerja dia segera membuat makanan untuk aku dan kakakku . Sehabis itu dia mengajak aku dan kakakku ke rumah sakit. Sampai sudah di rumah sakit, papaku bergegas ke ruang mamaku . Setelah sampai aku kakakku duduk di sofa dan papaku duduk di kursi . Papaku dengan erat memegang tangan mamaku dan berdo'a, Air mata papaku jatuh di tangan mamaku . Tiba-tiba sebuah Keajaiban dari Allah itu datang, mamaku langsung terbangun dari tidur panjangnya . Papaku yang senang, memanggil aku dan kakakku yang sedang tidur dan menelepon ke keluarga .

Begitulah cerita Kasih sayang papaku terhadap ibuku dan tentunya juga aku dan kakakku .
Selesai cerita Claudia . Semua murid dan guru menangis, dan bertepuk tangan .


Selesai ~